
Daun pisang, daun yang sangat murah dan dapat diperoleh, seperti niat baik kita yang harus dengan murah dan mudah diproduksi dalam hati kita.
Lembaran daun pisang itu kemudian dibentuk, ini seperti mengingatkanku bahwa niat baik kita juga harus dengan mudah dibentuk dan disesuaikan dengan situasi.
Proses ketiga yaitu lembaran yang sudah dibentuk itu ditusuk dan dikunci dengan ‘biting’ atau lidi yang tajam, ini menggambarkan bahwa niat baik kita harus dimantabkan dengan usaha keras, pemikiran yang tajam, seksama, hati-hati dan tegas.
Kemudian pincuk itu dituangkan bubur sumsum yang panas dengan kuah gulanya yang panas pula. Namun pincuk itu tahan panas, ini mengingatkanku bahwa kita juga harus tahan terhadap segala ganjalan, halangan, dan kesulitan yang kita hadapi.
Untuk menikmati bubur itu kita memerlukan sendok, untuk itulah kita menyobek daun pincuk itu dan dilipatkan untuk menyendok makanan tersebut, ini mengingatkanku bahwa niat, usaha, masih belum cukup untuk mewujudkan semuanya, butuh pengorbanan dari diri kita untuk mewujudkannya.
Posisi telapak tangan dalam memegang pincuk, telapak tangan kita harus melindungi pincuk agar tidak tumpah, seperti sikap kita dalam menghadapi permasalahan dengan nrimo.
Bentuk pincuk yang terbuka pada satu sisinya dan tertutup pada sisi lainnya mengingatkan kita untuk selalu terbuka untuk segala ilmu dan ditutup untuk segala pengaruh buruk.
Pincuk juga langsung dibuang oleh pemakannya ketika sudah selesai, dan ini memberikan pelajaran bagi kita siapkah aku untuk dilupakan ketika semuanya telah selesai.
Tulisan yang sangat inspiratif dari Blog Mas Richard Reynaldo, kesederhanaan Pincuk telah memberikan pelajaran kehidupan bagi beliau. "Siapkah aku menjadi pincuk-pincuk itu bagi orang lain. Termasuk untuk pasanganku sendiri? Ah…semoga aku mau dan mampu untuk menjadi ‘pincuk” bagi pasangan dan sesamaku. Matur nuwun untuk simbah bakul jenanga"
Sumber: http://reynaldorichard.wordpress.com/2009/11/04/filosofi-pincuk-daun-pisang/
Posted: November 4, 2009 by Richard Reynaldo
gak nyangka... daon pisang aja trnyata maknanya sedalam itu.... :D
ReplyDeleteiya Ulan... dalem banget nech
ReplyDeletemksih dah mampir y
wah terima kasih mas ilalang, tulisan saya sudah di share di blog mas ilalang...semoga blog ini juga bermanfaat bagi semua...minta ijin megutip filosofi batik untuk bahan refleksi saya selanjutnya mas....salam
ReplyDeleteRR
Sama2 Mas...
ReplyDeletemksih dah mampir d ilalangKOTA