Wednesday, June 22, 2011
Tuesday, June 21, 2011
Kerendahan Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Syair Abu Nawas
lahi lastu lilfirdausi ahla, walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak, muqirran bi dzunubi wa qad di’aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, wain tadrud faman narju siwaaka
Ya Allah … tidak layak hambaMu ini masuk ke dalam surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak, muqirran bi dzunubi wa qad di’aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, wain tadrud faman narju siwaaka
Ya Allah … tidak layak hambaMu ini masuk ke dalam surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Syair Ma'rifat Abdurrauf Fin Ali Al-Fansuri
jikalau diibarat
sebiji kelapa
kulit dan isi tiada serupa
janganlah kita bersalah sapa
tetapi beza tiadalah berapa
sebiji kelapa
ibarat sama
lafaznya empat suatu ma’ana
di situlah banyak orang
terlena
sebab pendapat kurang
sempurna
kulitnya itu ibarat syariat
tempurungnya itu ibarat
tariqat
isinya itu ibarat haqiqat
minyaknya itu ibarat ma’rifat
sebiji kelapa
kulit dan isi tiada serupa
janganlah kita bersalah sapa
tetapi beza tiadalah berapa
sebiji kelapa
ibarat sama
lafaznya empat suatu ma’ana
di situlah banyak orang
terlena
sebab pendapat kurang
sempurna
kulitnya itu ibarat syariat
tempurungnya itu ibarat
tariqat
isinya itu ibarat haqiqat
minyaknya itu ibarat ma’rifat
Sunday, June 19, 2011
Jika Aku Menjadi
malam tak bertuah, siang tanpa pesan
sinisnya hari menyapa diriku
* manusia biasa mungkin takkan sanggup
merenangi nasib gelap gulita
bentangkan hatiku Tuhan peluk aku
cinta sahabat menafkahi jiwa
sinisnya hari menyapa diriku
* manusia biasa mungkin takkan sanggup
merenangi nasib gelap gulita
bentangkan hatiku Tuhan peluk aku
cinta sahabat menafkahi jiwa
Nasihat Kepemimpinan Gajahmada
Sapta Dharma Gajahmada
(6 Sifat Pemimpin)
Seorang ksatria yang setia kepada negerinya, hendaklah memiliki setidaknya enam sifat kesatria suci:
1. Abhikamika,
artinya abhi = keagungan, keluhuran,
kami = saya, pribadi, diri, mika = minongka, sejati.
Seorang satria suci sejati pangemban praja harus zahid, berkepribadian agung, luhur, berakhlak mulia, rendah hati, dan membela kepentingan kawula alit (rakyat jelata).
2. Prajna,
artinya bijaksana, teladan. Seorang kesatria suci sejati pangemban praja adalah uswatun khasanah, harus bijaksana, sehingga dapat menjadi suri tauladan bagi kawula alit/rakyat.
Sunday, June 12, 2011
Pandangan Pertama
Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari
yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari
yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
DARI BENTANGAN LANGIT
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
Oleh : Emha Ainun Najib
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997
Suluk Linglung Sunan Kalijaga
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
Wednesday, June 08, 2011
Senyummu Kekuatanmu
Ketika kepasrahan jiwa kita telah mencapai titik nadzir, keyakinan akan pertolongan Allah yang telah bulat, keyakinan yang mantap bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan, maka tersenyumlah, lapangkanlah dada-dada kita.
Sesungguhnya senyuman akan sangat bermanfaat bagi kita, senyuman yang muncul karena kepasrahan, ketundukan dan keyakinan yang mantap akan pertolongan dari Allah akan membantu kita untuk menikmati hidup ini.
Sungguh dahsyat nya efek dari senyuman itu, senyum tanda ketentraman jiwa, senyum tanda optimisme, senyum tanda kebahagiaan. Apa gunanya kita bermuram durja, apa gunanya kita cemberut, bermuka
Rumpun Alang-alang
Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal
Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal
Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Friday, June 03, 2011
Cacing, Burung dan Manusia
Saat mengalami kesulitan hidup, entah akibat himpitan kebutuhan materi atau masalah lainnya, kita kadang cepat sekali berputus asa. Malah, ada yang sampai berpikiran untuk mengakhiri hidupnya karena tak kuat menanggung beban. Apakah hidup sudah demikian beratnya, sampai kita layak berputus asa? Cobalah lihat kehidupan di sekeliling kita. Banyak yang lebih menderita. Tengok pula kehidupan burung dan cacing. Dari mereka, kita bisa belajar tentang kehidupan.
demi musim
butuh waktu hingga rindu menggumpal
sebentuk awan warna tersendiri yang kita kenal
merentas waktu curahnya tak kan mengeringkan mata
marilah melanjutkan luapan musim ayat-ayat sajak kita
menyisip tanpa gerimis sekalipun
menemani bulan yang sedang bercerita
hingga saatnya kita peka
dan leluasa menikmati derasnya
dari hujan yang menjelma dan menyelinap
sebentuk awan warna tersendiri yang kita kenal
merentas waktu curahnya tak kan mengeringkan mata
marilah melanjutkan luapan musim ayat-ayat sajak kita
menyisip tanpa gerimis sekalipun
menemani bulan yang sedang bercerita
hingga saatnya kita peka
dan leluasa menikmati derasnya
dari hujan yang menjelma dan menyelinap
Subscribe to:
Posts (Atom)