~ Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah ~
Cinta - sebentuk kata yang tetap saja mengguncangkan dunia, sedari masa Adam-Hawa, Yusuf-Zulaika, Samson-Delilah, Romeo-Juliet, hingga sampai masanya Cinta dan Rangga. Cerita cinta memang penuh romantika hingga tak lekang diperjalanan masa. Ia mendorong penakut menjadi pemberani, orang kikir menjadi dermawan, mencuci pikiran orang yang dengki, memfasihkan Lidah orang yang gagap,
membangkitkan keinginan orang yang lemah, merendahkan kehormatan para raja, menampakkan kehebatan para pemberani, gejolak menjadi tenang, akhlak dan kepribadian menjadi tertata, ada kegembiraan yang menari-nari didalam jiwa dan kesenangan yang bersemayam di dalam hati. Ya, cinta ? apapun kisahnya, tetap segar dihadapan mata.
Menghindari Cinta ?
Abu Naufal pernah ditanya, "Apakah seseorang bisa menghindar dari cinta ?". Dia menjawab, "Bisa, yaitu orang yang hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutaman dan pemahaman, Sekalipun seseorang hanya memiliki sedikit kepandaian, kehalusan penduduk Hijaz dan kepintaran penduduj Iraq, tidak mungkin bisa menghindar dari Cinta '. Cinta, suatu rasa yang tak pernah mungkin didusta, ia akan selalu mengiringi perjalanan setiap manusia. Ia hadir disetiap hembusan nafas, melantunkan nada-nada indah yang senantiasa dinantikan. Bisa saja seseorang mengatakan pada seluruh dunia bahwa ia tak pernah jatuh cinta, namun hatinya tak kan pernah sepi dari rasa rindu, kecemasan ingin berjumpa, ketakutan ditinggalkan, maupun kebahagiaan yang menyeruak tatkala sinyal-sinyal cinta mulai berdenyut didalam dada. Cinta adalah gejolak yang bisa ditampilkan pada segenap dunia ataupun dikubur-dipendam dijurang sukma terdalam, namun ia akan selalu ada - tak kan pernah tiada..
Perjalanan Cinta.
Cintalah yang pertama kali menegarkan hati Ia datang bersama takdir berjalan beriringan Jika pemuda berenang di samudera cinta tak bertepi Datang banyak masalah yang tak tertanggungkan Siapa yang sanggup memikul cinta dihati Bencana datang bersama rahasia-rahasianya.
Permulaan cinta indah menawan dihati
Akhirnya kematian laksana permainan
Ia bermula dari pandangan dan canda
Menjalar dihati laksana bara api
Seperti api yang bermula dari percikan
Jika membesar ia akan membakar semua kayu.
Begitulah syair-syair para pecinta ketika menggambarkan cintanya. Suatu Kata yang begitu bebas merdeka namun kini semakin terpasung didalam keangkuhan nafsu manusia. Cinta yang mulanya begitu indah, kini hanya digambarkan dengan kisah asmara dua sejoli yang penuh hasrat menggebu menutup pintu-pintu kasih-sayang. Dengan cinta, semestinya kedamaian yang tercipta, namun manakala syahwat yang berkuasa, hanya derita yang akan tersisa. Kebebasan dalam menikmati cinta akan terpenjara oleh komitmen penuh dusta, berjanji setia selamanya, makan nggak makan asal berdua, dunia milik kita (yang lain numpang-red), sehidup semati, kaulah segalanya, berkorban apapun aku rela. Akhirnya saat pembuktian tiba tatkala tamu bulanan tak kunjung tiba, cemas yang melanda, mual-mual dan menginginkan hal-hal yang tak biasa (ngidam-red), semua bencana berkunjung serta-merta dikarenakan nafsu yang telah membutakan cinta. Mulailah waktunya ikrar dipertanyakan, tanggung jawab dicari, meletusnya bukit-bukit kehinaan. Cinta, bagaimanapun indahnya, tatkala ia diselimuti dengan nasfu yang merajalela, hanya akan mengantarkan derita.
Kemanakah Cinta Kau Persembahkan ?
Apakah cinta sucimu hanya akan kau persembahkan kepada dunia. Apapun bentuknya, kekasih yang begitu jelita, keluarga yang penuh kehangatan, teman tempat berbagi cerita, harta yang berlimpah, jabatan yang tertinggi, tak ada yang berhak mendapatkan cinta sebelum kau persembahkan ia pada yang haq, Sang Pencipta, penebar cinta diseluruh semesta. Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saaudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaah yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumag tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan (dari) berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq. (Q.S. at Taubah: 24).
Sadarilah bahwa cinta sejati hanyalah milik Allah semata. Disebabkan oleh cinta-Nyal kita hadir didunia, mendapatkan kesempatan istimewa untuk menjadi khalifah-Nya. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi kita untuk menduakan cinta-Nya. Ia yang telah menjadikan kita dengan segala kesempurnaan, menjaga kelangsungan hidup kita dengan tak putusnya mencurahkan rahmat dan nikmat yang tiada terkira. Tanpa cinta-Nya tak kan ada belaian kasih seorang ibu pada anaknya, tak kan ada perjuangan seorang ayah untuk buah hatinya, tak kan ada hangatnya sinar sang surya yang meyelimuti dunia, dan tak kan pernah kita jumpai keindahan dan pesona alam semesta yang begitu sempurna. Maha besar Ia dengan segala cinta-Nya.
Marilah kembali menatap segala laku kita, apakah cinta kita telah berada pada tempat yang semestinya. Apakah dalam jiwa kita tersimpan rindu yang membara menanti perjumpaan dengan-Nya, Apakah hati kita memendam harap, gelisah, cemas, dan takut tatkala bercermin diri, melihat segala amalan Yang telah dilakukan selama ini. Mengharapkan diterimanya segala ibadah, dan cemas serta takut apabila amal ini tidak diterima oleh-Nya. Apakah cinta kita pada-Nya begitu tulus, sehingga kita akan senantiasa mencintai apa yang Ia cintai dan akan membenci apa yang Ia benci. Apakah kita telah berbakti pada orangtua, karena Allah mencintai seorang anak yang berbakti pada
orangtuanya. Apakah kita rela berkorban menegakkan kalimat-Nya di muka bumi, menyerukan yang ma'ruf dan mencegah segala yang munkar, karena Allah mencintai hamba-Nya yang berjuang dijalan-Nya. Bulatkan tekad, tetapkan niat, wujudkan dalam sikap, Allah cinta kami tertinggi. Islam tidak melarang sesuatu yang berguna bagi manusia, tetapi mengaturnya. Cinta kasih dalam Islam mempunyai bagian-bagian yang berhubungan dengan Sang Pencipta, makhluk-Nya, pribadi-pribadi dan masyarakat. Apabila cinta kasih keluar dari aturan, yang didapatnya bukan cinta kasih tetapi derita.Tidakkah kita melihat bahwa Sang Pencipta memberikan sesuatu yang dapat membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi umat manusia.
'Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman sangat cinta kepada Allah". (Q.S. Al Baqarah: 165)
Sesungguhnya tak pernah sang kekasih mencari tanpa dicari oleh kekasihnya
Apabila kilat cinta t'lah menyambar hati ini
Ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain Apabila cinta Allah bertambah besar di dalam hatimu Pastilah Allah menaruh cinta atasmu
Tak ada bunyi tepuk tangan hanya dengan satu tangan
Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan ketetapan yang membuat kita cinta satu
dengan yang lain Sampai akhir hingga dunia akan terpelihara oleh kesatuan
kita (Potongan Puisi Jalaludin Rumi) .
Sumber: http://alfaruqrocmah.blogspot.com/2011/03/ibnu-qayyim-al-jauziyyah-taman-orang.html