Sunday, May 05, 2013

Mutiara-Mutiara Benjol Gus Mus


Membaca tanpa berpikir, seperti makan tanpa mengunyah…
*
Betapapun dahsyat badai, tak mampu mengguncang gelombang di relung sumur
*
Orang yang berniat baik dan keliru, lebih baik
daripada orang yang berniat buruk dan benar

lebih baik semalam-malaman aku tidur dan paginya menyesal,
daripada semalam-malaman aku beribadah dan paginya membanggakan diri
*


Semua yang baru diinginkan
dan semua yang sudah dimiliki membosankan

[ini mirip sekali dengan gejala yang oleh seorang filsuf Perancis bernama Roland Barthes sebut sebagai gejala neomania. Kecenderungan untuk mengejar sesuatu yang serba baru. Ada mode pakaian baru, beli. Ada tipe hp baru, beli. Ada gaya mobil baru, kredit. Dan macam-macam.

Tapi hidup ini terbatasi oleh begitu banyak keterbatasan. Baik batasan material maupun waktu, sehingga jika dipikir-pikir sejenak, maka menurutkan untuk menggapai-gapai semua yang selalu baru adalah sesuatu yang meskipun sekilas mengasyikkan tapi sungguh melelahkan dan tidak masuk akal. Bayangkan saja bagaimana rasanya mengejar bayangan diri sendiri. Sebuah pekerjaan yang absurd dan tidak perlu, sebenarnya.

Kondisi psikis dari gejala neomania adalah kebalikan dari nuansa tenteram syukur. Yang terjangkiti neomania pasti tak sempat punya waktu untuk memahami benar apa yang sudah dimiliki. Belum sempat menghayati kehadiran yang sudah ada, tapi cepat beranjak memburu sesuatu yang sebenarnya disadari bahwa akan ditelantarkan juga.

Lalu, apa motivasi dibalik gejala neomania? Jawabannya bisa beragam. Tapi disini aku punya dua perspektif setidaknya. Pertama, dari sisi dalam, ini yang perlu kita ketahui bersama bahwa betapa “hasrat memiliki” (possessiveness) itu begitu kuat, sampai-sampai membuat seseorang kehilangan kontrol. Semacam hasrat yang menenggelamkan kedaulatan diri seseorang.

Kemudian, setelah hasrat tadi, bertemu dengan senyawa lain yang mengobarkannya, yakni uang. Ada betulnya juga apa yang sudah pernah dikatakan oleh Karl Marx: “…uang adalah sumber dari keterasingan manusia (alienasi)…. Siapapun saja yang menggenggam uang di tanganya, pasti berpikir tentang akan dibelanjakan untuk apa uang ini? Akan dikemanakan? Sederhanya, jika ada uang, orang pasti terkondisikan untuk berpikir belanja.

Gayungpun bersambut. Nun jauh diluar diri manusia, pabrik-pabrik terus meraung-raung. Menghamburkan sejuta produk jualan. Komoditas dimana-mana. Over produksi dimana-mana, dan saat itulah muncul sekawanan manusia yang berkumpul bermusyawarah bagaimana caranya orang-orang mau membeli barang-barang yang telah dicetak ini. Bagaimana caranya meyakinkan orang lain bahwa ia membutuhkan barang-barang ini. Bahwa barang ini berguna bagi mereka. Bahwa yang sebenarnya tak perlu dan tak penting disihir sedemikian rupa agar menjadi tampak seperti sesuatu yang penting untuk dimiliki, untuk dikonsumsi. Maka lahirlah berjuta-juta iklan, propaganda mode, pencitraan, gaya hidup ini dan itu, dan muacem-macem. Inilah gambaran dari konstruksi konsumsi yang maha hebat, sehingga tak banyak orang merasakan bahwa dirinya sedang disihir.

" Kehidupan kita di dunia ini tidak menjanjikan suatu jaminan yang kekal.
 Apa yang ada hanyalah percobaan, cabaran dan pelbagai peluang.
 Jaminan yang kekal abadi hanya dapat ditemui apabila kita kembali semula kepada Ilahi "
" Jangan mengukur kebijaksanaan seseorang hanya karena kepandaiannya
berkata-kata, tetapi juga perlu dinilai buah fikiran serta tingkah lakunya "

" Menjadi manusia merdeka bukan menjadi manusia yang tahu segala, tetapi
menjadi manusia yang ketertundukannya kepada semua yang fana tidak melebihi
ketertundukan kepada Allah Subhanahu Wata'ala, Laa Ilaha IllaLlah….. "

" Semulia-mulianya manusia adalah siapa yang mempunyai adab, emrendahkan diri
ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap
adil ketika kuat "

" Jembatan menjadi penghubung antara dua buah kampong, perkawinan menjadi
penghubung antara dua insan dan anak menjadi penghubung antara ibu dan ayah "

Sumber: 
http://gudangsemesta.blogspot.com/2012/04/mutiara-mutiara-benjol-gus-mus.html
http://kedirimasadepan.blogspot.com/2010/10/sajak-renungan-kh-mustofa-bisri.html
Image Gus Mus by superzizie http://shadowness.com/superzizie/gus-mus-by-superzizie