Tersaji di guratan senja kala itu, engkau genggam tangan ku yang lusuh, membelai rambut ku yang kumuh, mendekap tubuh yang mulai gemetar
Aku sebut engkau malam
Yang menghantar kegelapan
Meredup, kelam, menjurang lamunan
Yang menghantar kegelapan
Meredup, kelam, menjurang lamunan
Serta mendung kian merajut penuh debar melemah lalu turunlah butir-butir getir, menggenangi lubang hati relung ku kusut
Aku sebut engkau hujan
Yang menerpa tak berkesudahan
Membasah, menggigil, gelisah menenggelam
Perlahan ku sadur seuntai malam, menjemput hujan yang tak tuntas keringkan rindu, riak pasang ingatan lesat sederet bintang, menghujam semburat khayal melebur mimpi di ujung kata yang terengah melatarkan kening ku.
Yang menerpa tak berkesudahan
Membasah, menggigil, gelisah menenggelam
Perlahan ku sadur seuntai malam, menjemput hujan yang tak tuntas keringkan rindu, riak pasang ingatan lesat sederet bintang, menghujam semburat khayal melebur mimpi di ujung kata yang terengah melatarkan kening ku.
Aku sebut engkau pagi
Yang ku pasrahkan nafas
Menyunting embun di tepi kuncup harapan
Yang ku pasrahkan nafas
Menyunting embun di tepi kuncup harapan
Membisikkan rahasia, teruarai jemari cahaya
ilalangkota, 14-01-2012
image by ratpat13.deviantart.com
No comments:
Post a Comment