kutumpahkan sejenak malam
dalam ritmis gerimis tanah basah
bercakap kecipak lisan berkerak
menjadi sekat yang tercatat di pantulan luka
saat gemuruh badai di bibir mu kuartikan entah
perlahan gemulai langgam mengulas
notasi mimpi meringkas sepi
beterbangan di ruang samar
yang masih semula, bujursangkar
dalam dinding kamar yang kekar
kuhapus rumus-rumus baru
dan menggali lirik yang kau ajarkan dulu
sembari perlahan mendaki kaki meja
menggapai laci lama terkunci
serpihan janji didalamnya yang terbiar
adalah rangsum senantiasa tersenyum
melupakan lalu jejak yang retak
yang diringkas panas, diringkus arus
aku bukan gelisah, seperti pasrah
itu adalah dirimu karena
bukan candu yg kucumbu
tlah membakar akar kenangan
namun kopi yang tersaji
masih menuangkan aroma sama
seperti seduhan di tepi perigi tahun kemarin
saat dahaga di antara kita ada
dalam ritmis gerimis tanah basah
bercakap kecipak lisan berkerak
menjadi sekat yang tercatat di pantulan luka
saat gemuruh badai di bibir mu kuartikan entah
perlahan gemulai langgam mengulas
notasi mimpi meringkas sepi
beterbangan di ruang samar
yang masih semula, bujursangkar
dalam dinding kamar yang kekar
kuhapus rumus-rumus baru
dan menggali lirik yang kau ajarkan dulu
sembari perlahan mendaki kaki meja
menggapai laci lama terkunci
serpihan janji didalamnya yang terbiar
adalah rangsum senantiasa tersenyum
melupakan lalu jejak yang retak
yang diringkas panas, diringkus arus
aku bukan gelisah, seperti pasrah
itu adalah dirimu karena
bukan candu yg kucumbu
tlah membakar akar kenangan
namun kopi yang tersaji
masih menuangkan aroma sama
seperti seduhan di tepi perigi tahun kemarin
saat dahaga di antara kita ada
No comments:
Post a Comment