SYAIR ABUL ASWAD ADDU’ALI
Wahai orang yang mengajari orang lain
Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain)
—
Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”
Tapi ternyata, pada dirimu sendiri sifat itu tidak ada
—
Janganlah melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya
Sungguh sangat tercela, jika kau tetap saja mengerjakannya
—
Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah kotorannya
Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya
—
Saat itulah, nasehat dan didikanmu kan berguna
Begitu pula ucapanmu, kan banyak orang yang mengikutinya
SYA’IR IBNUL WIRDI
Menjauhlah dari nyanyian dan puisi cinta
Katakan selamat tinggal, dan hindarilah orang yang (sering) canda
—
Jauhilah semua yang memabukkan, jika memang kalian pemuda
Bagaimana orang yang berakal ingin membuat dirinya gila
—
Perampok jalanan bukanlah pemberani
Tapi yang bertakwa pada Alloh, dialah sang pemberani
—
Tuntutlah ilmu dan jangan malas-malasan
Karena begitu jauhnya pemalas dari kebaikan
—
Jangan katakan: Para imamnya ilmu telah pergi
Karena setiap orang yang berjalan di atas rel, pasti akan sampai
—
Campakkanlah dunia, karena kebiasaannya
Menghinakan orang yang mulia, dan memuliakan orang yang hina
—
Jangan sekali-kali kau katakan “inilah asalku & leluhurku (yang mulia)”
Karena asal (kemuliaan) pemuda ditentukan oleh apa yang dicapainya
—
Siapapun takkan selamat dari permusuhan
Meski ia berusaha menyendiri di puncak pegunungan
—
Menjauh & menjauhlah, niscaya engkau akan lebih mendapat kecintaan
Siapapun yang sering berjumpa, ujung-ujungnya adalah kebosanan
—
Kecintaanmu utk (menetap) di daerah adalah kelemahan yang nyata
Merantaulah, niscaya kau akan dapatkan gantinya keluarga
—
(Perhatikanlah…), bagaimana air bisa rusak karena menetapnya
Sedang bulan terus berjalan hingga bisa menjadi purnama
SYAIR TENTANG HIJAB ADALAH KEMULIAAN BAGI WANITA
Wahai wanita merdeka yang kemarin begitu mulia
Tapi sekarang mereka ingin jadikan sebagai obyek hiburan dan mainannya
—
Tidaklah sama orang yang selalu menjadikan Rosululloh sebagai tauladannya
dengan orang yang menjadikan Abu Lahab sebagai panutannya
—
Mana (yang lebih mulia), wanita yang Aisyah sebagai contohnya
ataukah wanita yang pembawa kayu bakar (istri Abu Lahab) sebagai titian jalannya
—
Wahai saudariku, sungguh rasa malu adalah bagian dari Iman
maka ambillah ia sebagai penghias, dan berharaplah pahala dari Tuhan
—
Jangan hiraukan ocehan syubhat mereka
karena kau punya akal yang dapat menjawabnya
—
Berpeganglah dengan tali Iman, dan raihlah kemuliaan jiwa
yang suci dari (zina) puncaknya kekejian dan menjauhlah engkau darinya
SYAIR IMAM SYAFI’I, YG DILANTUNKANNYA MENJELANG WAFATNYA
Ketika telah keras hatiku dan menjadi sempit jalan hidupku
Ku jadikan harapanku sebagai tangga menuju ampunan-Mu
—
Kulihat dosaku seakan begitu besar
tapi saat kusandingkan dengan ampunan-Mu, ternyata ampunan-Mu (jauh) lebih besar
—
Engkau selalu dan akan terus memaafkan
Serta memberi dengan anugerah dan kemurahan
Wahai orang yang mengajari orang lain
Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain)
—
Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”
Tapi ternyata, pada dirimu sendiri sifat itu tidak ada
—
Janganlah melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya
Sungguh sangat tercela, jika kau tetap saja mengerjakannya
—
Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah kotorannya
Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya
—
Saat itulah, nasehat dan didikanmu kan berguna
Begitu pula ucapanmu, kan banyak orang yang mengikutinya
SYA’IR IBNUL WIRDI
Menjauhlah dari nyanyian dan puisi cinta
Katakan selamat tinggal, dan hindarilah orang yang (sering) canda
—
Jauhilah semua yang memabukkan, jika memang kalian pemuda
Bagaimana orang yang berakal ingin membuat dirinya gila
—
Perampok jalanan bukanlah pemberani
Tapi yang bertakwa pada Alloh, dialah sang pemberani
—
Tuntutlah ilmu dan jangan malas-malasan
Karena begitu jauhnya pemalas dari kebaikan
—
Jangan katakan: Para imamnya ilmu telah pergi
Karena setiap orang yang berjalan di atas rel, pasti akan sampai
—
Campakkanlah dunia, karena kebiasaannya
Menghinakan orang yang mulia, dan memuliakan orang yang hina
—
Jangan sekali-kali kau katakan “inilah asalku & leluhurku (yang mulia)”
Karena asal (kemuliaan) pemuda ditentukan oleh apa yang dicapainya
—
Siapapun takkan selamat dari permusuhan
Meski ia berusaha menyendiri di puncak pegunungan
—
Menjauh & menjauhlah, niscaya engkau akan lebih mendapat kecintaan
Siapapun yang sering berjumpa, ujung-ujungnya adalah kebosanan
—
Kecintaanmu utk (menetap) di daerah adalah kelemahan yang nyata
Merantaulah, niscaya kau akan dapatkan gantinya keluarga
—
(Perhatikanlah…), bagaimana air bisa rusak karena menetapnya
Sedang bulan terus berjalan hingga bisa menjadi purnama
SYAIR TENTANG HIJAB ADALAH KEMULIAAN BAGI WANITA
Wahai wanita merdeka yang kemarin begitu mulia
Tapi sekarang mereka ingin jadikan sebagai obyek hiburan dan mainannya
—
Tidaklah sama orang yang selalu menjadikan Rosululloh sebagai tauladannya
dengan orang yang menjadikan Abu Lahab sebagai panutannya
—
Mana (yang lebih mulia), wanita yang Aisyah sebagai contohnya
ataukah wanita yang pembawa kayu bakar (istri Abu Lahab) sebagai titian jalannya
—
Wahai saudariku, sungguh rasa malu adalah bagian dari Iman
maka ambillah ia sebagai penghias, dan berharaplah pahala dari Tuhan
—
Jangan hiraukan ocehan syubhat mereka
karena kau punya akal yang dapat menjawabnya
—
Berpeganglah dengan tali Iman, dan raihlah kemuliaan jiwa
yang suci dari (zina) puncaknya kekejian dan menjauhlah engkau darinya
SYAIR IMAM SYAFI’I, YG DILANTUNKANNYA MENJELANG WAFATNYA
Ketika telah keras hatiku dan menjadi sempit jalan hidupku
Ku jadikan harapanku sebagai tangga menuju ampunan-Mu
—
Kulihat dosaku seakan begitu besar
tapi saat kusandingkan dengan ampunan-Mu, ternyata ampunan-Mu (jauh) lebih besar
—
Engkau selalu dan akan terus memaafkan
Serta memberi dengan anugerah dan kemurahan
Sumber: http://addariny.wordpress.com/2010/06/08/mutiara-hikmah/
No comments:
Post a Comment