(Khumaini Sang Ruhullah berkata);
pada Hari di mana ku kan jadi debu,
ku kan jadi debu di gang kecilNya
(faqir pun merintih);
pada Hari di mana ku kan tertunduk malu,
lunglai , hina dina bersama para hina
kerna yang fakir bukanlah harta
tapi yang fakir adalah hati
kerna yang fakir bukanlah dunia
tapi yang fakir adalah amal
kerna yang buta bukanlah mata
tapi yang buta adalah hati
kerna yang tuli bukanlah telinga
tapi yang fakir adalah hati
Pada Hari di mana ku kan jadi kotoran,
ku kan jadi kotoran di gang kecilNya
pada hari di mana ku kan merunduk malu
lunglai, hina dina bersama para hina
karena yang busuk bukanlah toilet,
namun yang busuk adalah hatiku
karena yang hina bukanlah kastaku,
namun yang hina adalah hatiku
tujuh petala maksiyat, oh Dia
tujuh petala dosa, oh Dia
pundi-pundi nan kosong, oh Dia
faqir iman faqir segala, oh Dia
Duhai jiwa nan kepapaan adalah sarinya
Duhai jiwa nan hina-dina adalah patinya
Dunai jiwa nan tunduk-malu adalah hakikinya
Duhai jiwa nan penuh dusta dan kegelapan adalah cahayanya !
Sari nestapa labuan luka
Hati kekarang reretak terluka
menghunjam dalam teremuk luka
menangis dalam terkoyak luka
tiada luka melainkan dosa
tiada dosa melainkan khianat
tiada khianat melainkan durjana
tiada durjana melainkan aku, Oh !
Pada saat ku di palung pun,
Sedang Leyla di Comongluma
Pada saat ku di toilet pun
Sedang Leyla wangi selamanya
Pada Hari di mana para Pecinta berwajah Yusuf,
nan tampan dan syahdu
Pada Hari di mana para Mukmin berwajah benderang, Duhai Tuhan
Pada Hari di mana para Saleh harapkan ampunan Tuhannya, Duhai Pengampun
Sang faqir gemeletaran, dalam kehinaan, lidah terkunci rapat, “Oh Kehebatan Agung, bagaimanakah nasib sang papa cinta,
yang kosong dari Cinta,
bagaimanakah nasib sang papa iman,
yang jauh dari Iman,
pula nasib sang papa saleh,
yang tak punya kesalehan apa – pun?
Kau , Melihat Segala Aib,
lidahku serasa kelu tuk memohon hatta ampunan,
tetangisan, dan rintihan, dan suara monster papa , tak lebih dari itu, Tapi Tiada Yang Mendengar Kecuali Mu Jua,
Oh Kehebatan Agung”
Tak ada yang tersentuh oleh ku, faqir papa, nan tak rusak
Tak ada bunga yang tersentuh oleh ku melainkan layu
Tak ada teman yang terdekati oleh ku melainkan merugi
Tak ada yang berniaga dengan ku melainkan terkhianati
Oh, Dia Yang Menciptakan
Oh, Dia Yang Mengindahkan
sedang aku merusakkan
fasad lagi memburukkan
Aku-lah sang tanpa amal, nan neracanya dipenuhi Ulat-Kalajengking
Aku-lah sang serakah, nan ketamakannya bak Abu Lahab
Oh , meruginya yang bersentuhan dengan kulit najisku walau sekerling
Oh, merataplah yang bersilangan dengan nafasku walau sekejap
Maka Pada Hari, di mana Asmara-Asmara dipijarkan
pada Hari, dimana Cinta Geminta didendangkan
pada Hari, dimana Murni Semurni diungkapkan
pada Hari, dimana ku akan jadi Debu, di gang kecilNya
ku papa, Tuhan Kaya
ku durjana, Tuhan Pengasih
ku diam gemetaran, Tuhan Berbicara Memutuskan
ku fana, Tuhan Baka
mana catatan amalmu, tanya malak
si papa rintihkan, Oh Tuhan Oh Amal Baik,
amalku nihil dari yang baik, nihil, Kau-lah Yang Maha Baik
Maka, Kau-lah Amal Baik
ketika neraca ditegakkan, sang papa, benar papa
tak punya neraca, Kau-lah Neraca
tak punya amal, Kau-lah Amal
tak punya apa-apa, Kau-lah Aku
Yang Ditimbang, Yang Menimbang dan Timbangan
Amal, Neraca dan Penimbang
Satu Adanya, kerna jiwa papa tak punya apa-apa
Satu Sendiri, kerna jiwa papa tiada semata
Duh Gusti, Keluasan rahmatmu, buat ku menangis
Duh Gusti, Keluasan KetunggalanMu, buat ku tersengguk
Dikaulah Kekasih nan Selalu Murni walau dikhianati
Dikaulah Kinasih nan Selalu Kasih walau dimaksiati
Engkau Agung , Sendirian
Mulia Sendirian
Kasih dan Sayang Sendirian
Mengampuni Sendirian
Merahmati Sendirian
Mencipta Sendirian
Membangkitkan Sendirian
Menghisab Sendirian
Maha Baik Sendirian
Maha Baik Sendirian
Memutuskan Sendirian
Rahim Sendirian
Bukti AdaMu, adalah AdaMu
Bukti KetuhananMu, Kaulah Saksinya
kupapa atas AdaMu, AdaMu adalah AdaMu
kupapa atas KetuhananMu, KetuhananMu adalah KetuhananMu
Bukti AmpunMu, adalah AmpunMu
Bukti SayangMu, adalah SayangMu
kupapa atas apa pun, ku durjana, AmpunMu adalah AmpunMu
kupapa atas segala, kusaksikan kepapaanku, Kau Saksikan KeSayanganMu
Ia Yang Mengampuni Semua Dosa,
adalah Ia Yang Mengangkat Semua Yang Hina,
adalah Ia Yang Menjadikan Dirinya,
Perbendaharaan bagi nan tak berpendaharaan
Kaulah Pijaran, bagi yang tak berpijaran
Kaulah Harta, bagi yang tak berharta
Kaulah Kinasih, bagi yang tak berkinasih
Kaulah Harapan, bagi yang tak berharapan
aku bersaksi, atas papaku
aku bersaksi, atas hina-dinaku
aku bersaksi, atas tangisku
aku bersaksi, atas diriku yang demikian menjijikkan,
hingga para yang kucinta telah jijik padaku
Duhai Karun bagi yang tak berkarun
Duhai Amal bagi yang tak beramal
Duhai Ketunggalan bagi yang tak bertauhid
Duhai Cahaya bagi yang tak bercahaya
Duhai Sumpah bagi yang tak bernilai sumpahnya
Duhai Kebenaran bagi yang selalu salah segalanya
Duhai Kehidupan bagi yang tak bernilai kehidupannya
Duhai Kekasih bagi orang-orang yang terbuang
dalam papaku, Ada Dikau
dalam getirku, Ada NikmatMu
dalam tangisku, Ada BahagiaMu
dalam ratapku, Ada SejukMu
dalam kafirku, Ada ImanMu
dalam fakirku, Ada KayaMu
dalam butaku, Ada PenglihatanMu
dalam tuliku, Ada PendengaranMu
Kau-lah Nikmat dan Bahagia
Kau-lah Iman dan Kaya
Kau-lah Penglihatan dan Pendengaran,
Tunggal , Sendirian, Kau Ada dan Tiada Selain DiriMu
Sempurna, dan tiada nan sempurna selainMu
Mengingahkan, dan tiada nan mengindahkan selainMu
Menyempurnakan, dan tiada nan menyempurnakan selainMu
Menyempurnakan Kebaikan, dan tiada nan menyempurnakan kebaikan selainMu
Indah, dan tiada indah selainMu
Bidadari, dan tiada bidadari selainMu
Sejuk, dan tiada sejuk selainMu
Pemberi Nikmat, dan tiada pemberi nikmat selainMu
Kata-kata berdiaman berpapaan ungkapMu
sebagaimana daun-daun rontok di musim gugurMu
dan pula Musa di Sinai pingsat di awal tajalliMu
pula Qays menjadi gila melihat LeylaMu, Diam !
Sumber: http://filsafatislam.net/doa-faqir-membara/
image by ademmm@deviantart.com
pada Hari di mana ku kan jadi debu,
ku kan jadi debu di gang kecilNya
(faqir pun merintih);
pada Hari di mana ku kan tertunduk malu,
lunglai , hina dina bersama para hina
kerna yang fakir bukanlah harta
tapi yang fakir adalah hati
kerna yang fakir bukanlah dunia
tapi yang fakir adalah amal
kerna yang buta bukanlah mata
tapi yang buta adalah hati
kerna yang tuli bukanlah telinga
tapi yang fakir adalah hati
Pada Hari di mana ku kan jadi kotoran,
ku kan jadi kotoran di gang kecilNya
pada hari di mana ku kan merunduk malu
lunglai, hina dina bersama para hina
karena yang busuk bukanlah toilet,
namun yang busuk adalah hatiku
karena yang hina bukanlah kastaku,
namun yang hina adalah hatiku
tujuh petala maksiyat, oh Dia
tujuh petala dosa, oh Dia
pundi-pundi nan kosong, oh Dia
faqir iman faqir segala, oh Dia
Duhai jiwa nan kepapaan adalah sarinya
Duhai jiwa nan hina-dina adalah patinya
Dunai jiwa nan tunduk-malu adalah hakikinya
Duhai jiwa nan penuh dusta dan kegelapan adalah cahayanya !
Sari nestapa labuan luka
Hati kekarang reretak terluka
menghunjam dalam teremuk luka
menangis dalam terkoyak luka
tiada luka melainkan dosa
tiada dosa melainkan khianat
tiada khianat melainkan durjana
tiada durjana melainkan aku, Oh !
Pada saat ku di palung pun,
Sedang Leyla di Comongluma
Pada saat ku di toilet pun
Sedang Leyla wangi selamanya
Pada Hari di mana para Pecinta berwajah Yusuf,
nan tampan dan syahdu
Pada Hari di mana para Mukmin berwajah benderang, Duhai Tuhan
Pada Hari di mana para Saleh harapkan ampunan Tuhannya, Duhai Pengampun
Sang faqir gemeletaran, dalam kehinaan, lidah terkunci rapat, “Oh Kehebatan Agung, bagaimanakah nasib sang papa cinta,
yang kosong dari Cinta,
bagaimanakah nasib sang papa iman,
yang jauh dari Iman,
pula nasib sang papa saleh,
yang tak punya kesalehan apa – pun?
Kau , Melihat Segala Aib,
lidahku serasa kelu tuk memohon hatta ampunan,
tetangisan, dan rintihan, dan suara monster papa , tak lebih dari itu, Tapi Tiada Yang Mendengar Kecuali Mu Jua,
Oh Kehebatan Agung”
Tak ada yang tersentuh oleh ku, faqir papa, nan tak rusak
Tak ada bunga yang tersentuh oleh ku melainkan layu
Tak ada teman yang terdekati oleh ku melainkan merugi
Tak ada yang berniaga dengan ku melainkan terkhianati
Oh, Dia Yang Menciptakan
Oh, Dia Yang Mengindahkan
sedang aku merusakkan
fasad lagi memburukkan
Aku-lah sang tanpa amal, nan neracanya dipenuhi Ulat-Kalajengking
Aku-lah sang serakah, nan ketamakannya bak Abu Lahab
Oh , meruginya yang bersentuhan dengan kulit najisku walau sekerling
Oh, merataplah yang bersilangan dengan nafasku walau sekejap
Maka Pada Hari, di mana Asmara-Asmara dipijarkan
pada Hari, dimana Cinta Geminta didendangkan
pada Hari, dimana Murni Semurni diungkapkan
pada Hari, dimana ku akan jadi Debu, di gang kecilNya
ku papa, Tuhan Kaya
ku durjana, Tuhan Pengasih
ku diam gemetaran, Tuhan Berbicara Memutuskan
ku fana, Tuhan Baka
mana catatan amalmu, tanya malak
si papa rintihkan, Oh Tuhan Oh Amal Baik,
amalku nihil dari yang baik, nihil, Kau-lah Yang Maha Baik
Maka, Kau-lah Amal Baik
ketika neraca ditegakkan, sang papa, benar papa
tak punya neraca, Kau-lah Neraca
tak punya amal, Kau-lah Amal
tak punya apa-apa, Kau-lah Aku
Yang Ditimbang, Yang Menimbang dan Timbangan
Amal, Neraca dan Penimbang
Satu Adanya, kerna jiwa papa tak punya apa-apa
Satu Sendiri, kerna jiwa papa tiada semata
Duh Gusti, Keluasan rahmatmu, buat ku menangis
Duh Gusti, Keluasan KetunggalanMu, buat ku tersengguk
Dikaulah Kekasih nan Selalu Murni walau dikhianati
Dikaulah Kinasih nan Selalu Kasih walau dimaksiati
Engkau Agung , Sendirian
Mulia Sendirian
Kasih dan Sayang Sendirian
Mengampuni Sendirian
Merahmati Sendirian
Mencipta Sendirian
Membangkitkan Sendirian
Menghisab Sendirian
Maha Baik Sendirian
Maha Baik Sendirian
Memutuskan Sendirian
Rahim Sendirian
Bukti AdaMu, adalah AdaMu
Bukti KetuhananMu, Kaulah Saksinya
kupapa atas AdaMu, AdaMu adalah AdaMu
kupapa atas KetuhananMu, KetuhananMu adalah KetuhananMu
Bukti AmpunMu, adalah AmpunMu
Bukti SayangMu, adalah SayangMu
kupapa atas apa pun, ku durjana, AmpunMu adalah AmpunMu
kupapa atas segala, kusaksikan kepapaanku, Kau Saksikan KeSayanganMu
Ia Yang Mengampuni Semua Dosa,
adalah Ia Yang Mengangkat Semua Yang Hina,
adalah Ia Yang Menjadikan Dirinya,
Perbendaharaan bagi nan tak berpendaharaan
Kaulah Pijaran, bagi yang tak berpijaran
Kaulah Harta, bagi yang tak berharta
Kaulah Kinasih, bagi yang tak berkinasih
Kaulah Harapan, bagi yang tak berharapan
aku bersaksi, atas papaku
aku bersaksi, atas hina-dinaku
aku bersaksi, atas tangisku
aku bersaksi, atas diriku yang demikian menjijikkan,
hingga para yang kucinta telah jijik padaku
Duhai Karun bagi yang tak berkarun
Duhai Amal bagi yang tak beramal
Duhai Ketunggalan bagi yang tak bertauhid
Duhai Cahaya bagi yang tak bercahaya
Duhai Sumpah bagi yang tak bernilai sumpahnya
Duhai Kebenaran bagi yang selalu salah segalanya
Duhai Kehidupan bagi yang tak bernilai kehidupannya
Duhai Kekasih bagi orang-orang yang terbuang
dalam papaku, Ada Dikau
dalam getirku, Ada NikmatMu
dalam tangisku, Ada BahagiaMu
dalam ratapku, Ada SejukMu
dalam kafirku, Ada ImanMu
dalam fakirku, Ada KayaMu
dalam butaku, Ada PenglihatanMu
dalam tuliku, Ada PendengaranMu
Kau-lah Nikmat dan Bahagia
Kau-lah Iman dan Kaya
Kau-lah Penglihatan dan Pendengaran,
Tunggal , Sendirian, Kau Ada dan Tiada Selain DiriMu
Sempurna, dan tiada nan sempurna selainMu
Mengingahkan, dan tiada nan mengindahkan selainMu
Menyempurnakan, dan tiada nan menyempurnakan selainMu
Menyempurnakan Kebaikan, dan tiada nan menyempurnakan kebaikan selainMu
Indah, dan tiada indah selainMu
Bidadari, dan tiada bidadari selainMu
Sejuk, dan tiada sejuk selainMu
Pemberi Nikmat, dan tiada pemberi nikmat selainMu
Kata-kata berdiaman berpapaan ungkapMu
sebagaimana daun-daun rontok di musim gugurMu
dan pula Musa di Sinai pingsat di awal tajalliMu
pula Qays menjadi gila melihat LeylaMu, Diam !
Sumber: http://filsafatislam.net/doa-faqir-membara/
image by ademmm@deviantart.com