Segala, Segala
Ani, ya Aniku Ani,
Mengapa kamas engkau tinggalkan?
Lengang sepi rasanya rumah,
Lapang meruang tiada tentu.
Buka lemari pakaian berkata,
Di tempat tidur engkau berbaring,
Di atas kursi engkau duduk,
Pergi ke dapur engkau sibuk.
Segala kulihat segala membayang,
Segala kupegang segala mengenang
Sekalian barang rasa mengingat,
Sebanyak itu cita melenyap.
Pilu sedih menyayat di kalbu,
Pelbagai rasa datang merusak.
20 April 1935
Air Mata
Ngalir, ‘ngalirlah air mata,
Aku tiada akan ‘nahanmu.
Apa gunanya aku halangi,
Engkau ‘ngalirkan penuh kalbuku.
Seperti air jernih memancar
Dari celah gunung rimbun,
Seperti hujan sejuk gugur
Dari mega berat mengandung
Ngalirlah, wahai air mata
Engkau pun mendapat hakmu
Dari Chalik yang satu.
Ngalir, ‘ngalirlah air mata,
Aku hendak merasa nikmat
Panasmu ‘ngalir pada pipiku.
20 April 1935
Bertemu
Aku berdiri di tepi makam
Suria pagi menyinari tanah,
Merah muda terpandang di mega
Jiwaku mesra tunduk ke bawah
Dalam hasrat bertemu muka,
Melimpah mengalir kandungan rasa.
Dalam kami berhadap-hadapan
Menembus tanah yang tebal,
Kuangkat muka melihat sekitar:
Kuburan berjajar beratus-ratus,
Tanah memerah, rumput merimbun,
Pualam berjanji, kayu berlumut.
Sebagai kilat ‘nyinari di kalbu:
Sebanyak itu curahan duka,
Sesering itu pilu menyayat,
Air mata cucur ke bumi.
Wahai adik, berbaju putih
Dalam tanah bukan sendiri!
Dan meniaraplah jiwaku papa
Di kaki Chalik yang esa:
Di depanMu dukaku duka dunia,
Sedih kalbuku sedih semesta.
Beta hanya duli di udara
Hanyut mengikut dalam pawana.
Sejuk embun turun ke jiwa
Dan di mata menerang Sinar.
26 April 1935
Menyambut Hidup
Ya Allah, ya Rabbani, dalam kebesaranMu Engkau hadiahkan aku hidup ini dengan kegirangan dan keindahannya.
Sedunia lebar selam besar Engkau sediakan bagiku dalam limpahan kasihMu: bintang berkelip cahaya di langit malam, kembang mengorak kuncup di padang sinar, unggas bernyanyi di dahan berbuai
Bolehkan aku menampik sekalian rahmat dan nikmatMu yang Engkau curahkan dalam kebesaran dan kemurahanMu itu?
Aku akan hidup.
Mengoraklah kelopak menyambut sinar selama hari masih siang.
Selama siang beta akan bermain di taman seperti tiadakan malam dan apabila malam tiba beta akan menyerahkan muka di pangkuan Bunda.
29 Mei 1935
Sesudah Dibajak
Aku merasa bajakMu menyayat,
Sedih seni mengiris kalbu,
Pedih pilu jiwa mengaduh,
Gemetar menggigil tulang seluruh.
Dalam duka semesra ini,
Beta papa, apatah daya?
Keluh hilang di sawang lapang,
Aduh tenggelam dibisik angin.
Ya Allah, ya Rabbi,
Hancurkan, remukkan sesuka hati,
Sayat iris jangan sepala.
Umat daif sekedar bermohon:
Semai benih mulia raya
Dalam tanah sudah dibajak.
1 Mei 1935
Api Suci
Selama nafas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api, bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara,
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwaku habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Kembali
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam kalbu.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna.
Mega muda bermain di awang,
Kemilau embun menyambut terang.
Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita
Jalan waktu terhambat tiada,
Siang terkembang malamlah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
8 Mei 1935
Sesudah Topan
Bertiup, bertiuplah topan!
Liukan, lengkungkan, patahkan, hempaskan jangan sepala.
Terbangkan daun sampai ke langit.
Tundukkan puncak menyembah bumi,
Serakkan ranting menabur tanah.
Biar mengaduh, biar mengelur biar mengerang putus suara,
Kacaulah perdu, adulah pohon, rusak remuk berpatah-patahan,
Gugurkan buah segala, tua muda jangan dihitung.
Apabila topan sudah berhenti,
Apabila hujan reda kembali, sinar suria turun ke tanah.
Beta melihat tunas memecah dan di tanah lembah kecambah
mengorak daun.
10 Mei 1935
Awan berkuak
Duduk beta merenung awan,
Bercerai menipis di langit biru.
Sayu sendu alun di kalbu,
Menurut mega berkuak menjauh.
Wahai Chalik, mengapa kejam
Seganas ini hidup di dunia?
Mengapa gerang dicerai pisah
Segala yang asik bercinta?
Menangislah jiwa tersedu-sedu
Mengalirlah air mata berduyun-duyun.
Dalam jiwa sedang meratap,
Dalam sukma pilu mengeluh,
Menyerbu sinar ke dalam kabut,
Menjelma kembali awan menjauh.
Beta melihat kilau bergurau,
Beta menyambut suria bersinar.
Segar gembira sukma menggetar
Menunda melanda pergi berjuang
14 Mei 1935
Perjuangan
Kepada Taman Siswa
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Terteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup ialah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam dada.
24 Juli 1935
Pohon Beringin
Kenangan kepada Solo
Tinggi melangit puncakmu bermegah,
Melengkung memayung daunmu bodi.
Berebut akar mencecah tanah,
Masuk membenam ke dalam bumi.
Lemah mendesir daunmu bernyanyi,
Gemulai berbuai dibelai angin,
Nikmat lindap menyerak di kaki,
Mengundang memanggil leka berangin.
Nampak beta berkumpul kelana,
Letih semadi berjuang tiada,
Melunjur kaki menyandar kepala,
Menanti nasib damai bahagia.
Ya Allah, ya Rabbana,
Turunkan badai datangkan taufan,
Rubuhkan tumbangkan pohon perkasa,
Pelindung lelah, pengiba insan.
Rebahkan terbangkan jangan tiada,
Bersihkan bumi dari segala
Tempat terlengah tempat terlena
Tempat terhanyut dalam tiada
Lama sudah tani menanti,
Gelisah tangan memegang bajak,
Tiada tertahan hati gembira,
Hendak meluku membalik tanah.
Kuning permai benih bernas
Menanti memecah menyerbu hidup,
Girang berbunga girang berbuah
Di dalam hujan disinar suria.
25 September 1935
Sumber: http://kepadapuisi.blogspot.com/2012/08/tebaran-mega.htmlJudul : Tebaran MegaPenulis : Sutan Takdir AlisjahbanaCetakan : V, 2008 (cet. I. 1935)Penerbit : PT Dian Rakyat, Jakarta.Tebal : 46 halaman (38 judul puisi)ISBN : 979-523-412-9Desain cover : Damang SarumpaetIlustrasi Isi : Koes Prijadi Hs.Editor : Diana SusyantiLink: http://www.alisjahbana.org/