TERJEMAHAN QASHIDAH BURDAH
Oleh: H. M. Masykuri Abdurrahman
Bagian Pertama
BERCUMBU DAN PENGADUAN CINTA
*
Apakah Karena Ingat Tetangga
Di Negeri Dzi Salam Sana
Engkau Deraikan Air Mata
Bercampur Darah Duka
*
Ataukah Karena Hembusan Angin Terarah
Lurus Dari Jalan Kadhimah
Dan Kilatan Cahaya Gulita Malam
Dari Kedalaman Jurang Idham
*
Kenapa Kedua Matamu Tetap Menetaskan Air Mata?
Padahal Engkau Telah Berusaha Membendungnya
Dan Kenapa Hatimu Senantiasa Gundah Gulana
Padahal Engkau Telah Menghiburnya
*
Apakah Orang Yg Dimabuk Cinta Menyangka
Bahwa Api Cinta Dapat Ditutupi Nyalanya
Di Antara Tetesan Airmata
Dan Hati Yang Terbakar Membara
*
Andaikan Tak Ada Cinta Yg Menggores Kalbu
Tak Mungkin Engkau Mencucurkan Air Matamu
Meratapi Puing-Puing Kenangan Masa Lalu
Berjaga Mengenang Pohon Ban Dan Gunung Yang Kau Rindu
*
Bagaimana Kau dapat Mengingkari Cinta
Sedangkan Saksi Adil Telah Menyaksikannya
Berupa Deraian Air Mata
Dan Jatuh Sakit Amat Sengsara
*
Duka Nestapa Telah Membentuk Dua Garisnya
Isak Tangis Dan Sakit Lemah Tak Berdaya
Bagai Mawar Kuning Dan Merah
Yang Melekat Pada Pipi Dua
*
Memang Benar Bayangan Orang Yang Kucinta
Selalu Hadir Membangunkan Tidurku Untuk Terjaga
Dan Memang Cinta Sebagai Penghalang Bagi Siempunya
Antara Dirinya Dan Kelezatan Cinta Yang Berakhir Derita
*
Wahai Pencaci Derita Cinta Udzrahku
Kata Maaf Kusampaikan Padamu
Aku Yakin Andai Kau Rasakan Derita Cinta Ini
Tak Mungkin Engkau Mencaci Maki
*
Keadaanku Telah Sampai Padamu
Tiada Lagi Rahasiaku Yang Tersimpan Darimu
Dari Orang Yang Suka Mengadu Domba
Dan Derita Cintaku Tiada Kunjung Sirna
*
Engkau Begitu Ikhlas Memberi Nasehat Diriku
Tetapi Aku Tak Mampu Mendengarkan Saran Itu
Karena Sesungguhnya Orang Yang Dimabuk Cinta
Tuli Dan Tak Menggubris Cacian Pencela
*
Sungguh Aku Curiga Pada Uban Pemberi Saran
Curiga Pada Saran Yang Disampaikan
Padahal Uban Di Kepala Dalam Memberi Saran
Jauh Dari Hal-Hal Yang Mencurigakan
QASHIDAH BURDAH
Oleh: H. M. Masykuri Abdurrahman
Bagian Pertama
BERCUMBU DAN PENGADUAN CINTA
*
Apakah Karena Ingat Tetangga
Di Negeri Dzi Salam Sana
Engkau Deraikan Air Mata
Bercampur Darah Duka
*
Ataukah Karena Hembusan Angin Terarah
Lurus Dari Jalan Kadhimah
Dan Kilatan Cahaya Gulita Malam
Dari Kedalaman Jurang Idham
*
Kenapa Kedua Matamu Tetap Menetaskan Air Mata?
Padahal Engkau Telah Berusaha Membendungnya
Dan Kenapa Hatimu Senantiasa Gundah Gulana
Padahal Engkau Telah Menghiburnya
*
Apakah Orang Yg Dimabuk Cinta Menyangka
Bahwa Api Cinta Dapat Ditutupi Nyalanya
Di Antara Tetesan Airmata
Dan Hati Yang Terbakar Membara
*
Andaikan Tak Ada Cinta Yg Menggores Kalbu
Tak Mungkin Engkau Mencucurkan Air Matamu
Meratapi Puing-Puing Kenangan Masa Lalu
Berjaga Mengenang Pohon Ban Dan Gunung Yang Kau Rindu
*
Bagaimana Kau dapat Mengingkari Cinta
Sedangkan Saksi Adil Telah Menyaksikannya
Berupa Deraian Air Mata
Dan Jatuh Sakit Amat Sengsara
*
Duka Nestapa Telah Membentuk Dua Garisnya
Isak Tangis Dan Sakit Lemah Tak Berdaya
Bagai Mawar Kuning Dan Merah
Yang Melekat Pada Pipi Dua
*
Memang Benar Bayangan Orang Yang Kucinta
Selalu Hadir Membangunkan Tidurku Untuk Terjaga
Dan Memang Cinta Sebagai Penghalang Bagi Siempunya
Antara Dirinya Dan Kelezatan Cinta Yang Berakhir Derita
*
Wahai Pencaci Derita Cinta Udzrahku
Kata Maaf Kusampaikan Padamu
Aku Yakin Andai Kau Rasakan Derita Cinta Ini
Tak Mungkin Engkau Mencaci Maki
*
Keadaanku Telah Sampai Padamu
Tiada Lagi Rahasiaku Yang Tersimpan Darimu
Dari Orang Yang Suka Mengadu Domba
Dan Derita Cintaku Tiada Kunjung Sirna
*
Engkau Begitu Ikhlas Memberi Nasehat Diriku
Tetapi Aku Tak Mampu Mendengarkan Saran Itu
Karena Sesungguhnya Orang Yang Dimabuk Cinta
Tuli Dan Tak Menggubris Cacian Pencela
*
Sungguh Aku Curiga Pada Uban Pemberi Saran
Curiga Pada Saran Yang Disampaikan
Padahal Uban Di Kepala Dalam Memberi Saran
Jauh Dari Hal-Hal Yang Mencurigakan
QASHIDAH BURDAH
Burdah adalah gubahan syair-syair madah (baca:pujian) yang menyejukkan hati, bagaikan mata hati yang tak pernah berhenti bersumber. Burdah sudah dicetak berulang-ulang dan entah cetakan keseratus berapa di Indonesia pada saat ini ,belum lagi di belahan bumi muslim lainnya .Begitu memasyarakat sehingga bisa dikatakan,burdah merupakan salah satu kitab syair yang terpopuler dipesantren seIndonesia.Di Aceh Burdah menjadi bacaan wajib setiap santri di seluruh pesantren ,yang dibacakan pada malam jum`at setelah pembacaan Dalail Al- khairaat,dan kebetulan Burdah dicetak dalam satu cetakan dengan Dalail khairat.Di pulau jawa sangking memasyarakatnya Burdah,ada majlis yang dinamai dengan Majlis Burdah.
Sebagian orang memang ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi itu tidak boleh disanjung-sanjung ,dipuji,itu kultus individu namanya.memang benar sangking tawadhunya (rendah hati) sudah tentu beliau menolak untuk di kultus individukan ummatnya. Tapi perlu kita ingat ,kita tak pernah menganjungnya sampai-sampai menyamakan kedudukannya dengan tuhan sebagaimana dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani.
No comments:
Post a Comment