Saturday, March 20, 2010

di balik lirik Lagu Letto



Letto merupakan sebuah grup band yang tergolong baru di dunia permusikan Indonesia . Band ini bermarkas di daerah Kadipiro

Jogjakarta. Pentolan band ini adalah Noe, anak dari Emha Ainun Najib.
Beberapa postingan di beberapa blog memberi makna atas lagu-lagu Letto.

“kesenian tidak bisa dilepaskan dari dunia spiritualitas. Bahkan, seniman lah spiritualis sejati”

Apa yang dikatakan oleh Cak Nun ada benarnya. Coba bayangkan, bagaimana suatu lukisan bisa bernilai jutaan rupiah, padahal kalau dirunut dari bahan yang digunakan bisa jadi tidak lebih dari seratus ribu rupiah. Orang tidak melihat dari bahan material tersebut, tetapi dari apa yang di belakngnya, sesuatu yang abstrak, sesuatu yang spiritual. Spiritualitas tersebut juga dapat kita temu dalam lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para penyani Indonesia, meskipun merka tidak menyebutnya sebagai lagu religi. Sebagi misal adalah Dewa 19 dan Chrise (al-maghfur lah).

Spirutualitas tersebut juga dapat temui di beberapa lagu Letto, banyak para penulis yang mencoba membedahnya dengan beberapa metode seperti metode Hermeneutika dalam menganalisis lirik-lirik lagu tersebut. Letto sendiri tidak mau terlalu menafsirkan lagu-lagunya. “We don’t want to control the meaning of our songs,” Baginya lagu-lagu Letto sangat terbuka untuk ditafsirkan oleh semua orang. Menurutnya Spiritualitas yang penulis maksud di sini adalah sufisme, atau ajaran esoteric Islam. Hal ini terkait dengan latar belakang Letto sendiri.

Ada beberapa kata yang menjadi core dari lagu-lagu Letto. Cinta, kesunyain dan kerinduan. Seringkali Leto mengidentikkan hidupnya dengan kesunyian. Terkadang dia merasa ragu dalam perjalanan itu. Kadang dia meraba, mencari arah tujuan. 
Lihat saja lirik:

Yakinkah ku berdiri, di hampa tanpa sepi
Bolehkah aku mendengarmu
Terkubur dalam emosi, tanpa bisa sembunyi
Aku dan nafasku merindukanmu

Terpurukku di sini, teraniaya sepi
Dan kutahu pasti kau menemani… yeah
Dalam hidupku, kesendirianku
(Sandaran Hati, Truth, Cry and Lie)
Lihat juga lirik lagu sebelum cahaya

Ku teringat hati
Yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi
Engkau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta
(Sebelum Cahaya, Don’t make me sad)

Namun dalam kesepian itu, Letto mencoba mencari jalan, orientasi, arah yang akan di tuju. Pencarian itu bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi melalui derita. Namun derita itu tidaklah mengapa baginya. Keteguhanlah kuncinya. Ini sebagi pemenuhan janji primordial yang telah dipersyaksika oleh ruh kepada Allah, perjanjian akan pengkuan Allah sebagi Tuhan. Dengan demikian. Jadi dia mencoba untuk terus berdiri, berjalan menuju-Nya, karena Letto yakin, segala kesusahannya, segala resahnya akan hilang ketika bersama-Nya.

Dari sumber lainnya juga juga ada yang meraba lagu ini bahwa secara keseluruahan lirik yang terkandung mencoba mengingatkan kita sama sholat lail :

”Sebelum Cahaya”
Ku teringat hati yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kautempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta

Reff :
Ingatkan engkau kepada embun pagi
bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada angin yang
berhembus mesra
Yang kan membelaimu cintA

Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganKu cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu
sendiri
Temani hatimu cinta
Back to reff


Bait pertama lagu ini menunjukkan kalau Allah SWT selalu mengawasi kita.
Allah melihat kita yang sedang tidur tiba-tiba terbangun, ...kita pergi untuk ambil air wudhu maka mengapa disana dituliskan kemana ”kau pergi...”
kemudian kita menegakkan sholat malam, dalam kesunyian, sendiri ketika
semua orang tengah terlelap ketika dingin sangat menusuk di tulang,
ketika mata masih terkantuk-kantuk. Siapa yang sanggup untuk
menjalankannya??
Butuh kekuatan hati untuk melaksanakan raka'at demi raka'at, lantunan. Ayat-ayat suci yang kita baca dan dzikir dengan penuh ketawadhuan. Inilah makna yang di temukan dalam baris ”perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri,kuatkan hatimu cinta”.

Bait kedua, Allah ingin menentramkan hati kita, Allah mengingatkan bahwa kita tidak sendiri dalam menjalankan sholat Lail, lihatlah ada embun pagi yang selalu menemani kita hingga fajar muncul dari ufuk timur dan rasakanlah sepoi-sepoi angin di sepertiga malam, yang dengan sangat lembut meniup pakaian Shalat kita. Sungguh kita tidak sendiri saat sholat Lail ditegakkan. Dan mereka inilah yang dapat kita jadikan saksi di akhirat kelak.

Bait ketiga menerangkan siapa yang punya tekad kuat tersebut? Untuk menegakkan sholat malam setiap hari, setiap malam. Dia adalah orang-orang yang selalu berpegang teguh pada janjinya terhadap Allah SWT. Janjinya bahwa dia kan selalu menjadikan Allah sebagai Illah dalam hidupnya Subhanallah... ternyata... .


(Jalan Yang Hilang, Lethologica)
Ketika kucoba mencari-cari
Jalan yang hilang

Aku tak peduli
Apa kata orang
Hanyalah untukMu
Seluruh rinduku
Harus kutemukan sekali lagi
Jalan yang hilang

Dalam mengarungi jalan sunyi ini, Letto yakin tidak akan pernah sendiri. tidak pernah manusia itu berada dalam kesndirian, karena pasti Tuhan kan bersamanya, manyaksikannya. Bahkan ketika manusia sudah sampai pada taraf sadar akan jagad kosmos, dia akan mendengar alam yang juka bertasbih kepa-Nya.

Ingatkan engkau kepada
Embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada
Angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta
(Sebelum Cahaya, Don’t make me sad)

Sebelum cahaya menunjukkan satu waktu di mana ini juga mengungkapkan pada jalan sunyi seorang yang mengejar cinta. Dia ternyata tidak pernah terlepas dari cinta, bahkan Letto mengatakan bila dia lepas dari Cinta, maka dia akan hilang. Kehilangan ini menyiratkan akan kehilangan makna hidup, atau bahkan kehilangan eksistensi diri. Dari itu Letto menginginkan suatu kebersamaan selalu dengan Cinta. Di sinilah dia menginginkan agar dia selalui dihantui oleh Cinta.

Rasa cinta yang mendalam, suatu perjalanan sunyi, keterikatan dan keyakinan pada janji ini kemudian mengguratkan kerinduan-kerinduan pada diri Letto. Rindu untuk kembali kepada Sang Azali, rindu untuk selalu bersama. Di sinilah kerinduan menemukan ruang. Kerinduan adalah satu petunjuk keberjarakan Letto dengan Cinta. Satu waktu jarak ini menemukan momentum pertemuan. Suatu penyaksian akan wajah Cinta. Pada pertemuan itu, Letto sendiri merasakan satu rasa yang tak menentu. Satu rasa yang aneh, yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan. rasa ini bisa juga disebut sebagai keterkaguman. Keterkaguman Letto pada wajah Cinta yang Maha Agung. Dan diapun berkesimpulan, ku tak pantas memandangi wajahmu. Di sini sebenarnya dia telah hanyut terbawa oleh keterkaguman tersebut.

Anatar profanisme, Sufisme dan kepekaan Sosial

Letto menyadari bahwa dirinya adalah manusia bumi yang tidak bisa terlepas dari realitas sosialnya. Namun dia tidak ingin terseret dalam arus massa. Dia mencoba meihat dengan lebih jernih. Sebagaimana dia menafsirkan tentang cinta. Menurutnya, cinta yang dia maksud bukanlah sebagaimana cinta yang telah terkontaminasi oleh kepentingan, atau hanya cinta antara dua manusia yang berlawanan jenis. Sehingga pemahaman cinta dalam lirik-lirik agunya pun akan berbeda dengan pemahaman cinta dalam lagu-lagu musisi kebanyakan. 

Sepertinya hanyalah ada
Memang aku tak setuju
Dengan dirimu
Tentang arti cinta
Bukan hanya berdua
Tetapi tentang semuanya
(itu lagi-itu lagi, Lethologica)

Kepekaan sosial Letto juga akan nampak pada lagu ku tak percaya. Lagu yang melihat kontes pemilihan umum dengan acara kampanyenya sebagai penghamburan katakata yang tak bermakna, hanya sebagai pelamis bibir saja.

Kata-kata takkan pernah punya makna
Takkan pernah punya makna
Ketika hati tak bicara
Jangankan kau berikan pada ku 
Mimpii surgama
Jangan pernah kau tawarkan kepadaku
Keindahan yang semu
Tanpa itu aku mampu menjalani hidupku
Dan kukatakan padamu
Kata hatiku Ku tak percaya

Kamu kah pahlawanku
Yang mengaku orang nomor satu 
yang katanya mampu menghapuskan sedihku
Kalau itu yangkau bilang
Coba lai kau kumandangkan
Janji-jani yang engkau banggakan itu
(ku tak percaya, Lettologica)


(Letto ~ Lubang di Hati)

Ku buka mata dan ku lihat dunia
‘tlah ku terima anugerah dunia
Tak pernah aku menyesali yang ku punya
Tapi ku sadari ada lubang dalam hati

Ku cari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini
Ku menanti jawaban apa yang dikatakan hati

Apakah itu kamu apakah itu dia
Selama ini ku cari tanpa henti
Apakah itu cinta apakah itu cita
Yang mampu melengkapi lubang dalam hati

Lubang di Hati, Donat dan kekuasaan.

Kita bicara tentang donat.
Anda tahu apa itu donat? Donat adalah benda berlubang. Teksturnya kenyal. Rasanya nikmat bukan main…. dan disukai oleh kaum adam dan hawa…. Pokoknya bihedonik banget dah.

Alkisah donat ini diciptakan karena suatu hal. Donat ini dibuat secara tak sengaja. Karena pada saat seseorang membuat roti dan terus mentah dalam (istilah dapur emak-emak) maka terbersitlah sebuah ide untuk membuang bagian tengahnya. Maka jadilah itu sebuah roti yang kini dikenal sebagai donat.

Donat tanpa lubang mungkin kurang pantas bila dikatakan donat. Dari lubang-nya donat itulah kita bisa membandingkan antara orang optimis dan pesimis. Orang pesimis hanya melihat lubangnya dan orang optimis melihat donatnya.

Tapi yang terbaik ialah yang bisa melihat donat sebagai kue bolong. Kehidupan mungkin dibaca sebagai itu. Karena ada suatu bagian yang kosong maka ia bisa disebut hidup. Lezat sebagaimana donat.

Seperti Lagu Lubang di hati, Memang mungkin hati dari sononya diciptakan sudah berlubang.. untuk satu tujuan mulia.

Donat juga demikian pula. Tampaknya ia jadi sebuah antitesis dari kekuasaan. Berbeda dengan kekuasaan yang orang selalu ingin berada dan mendekati pusat kekuasaan. Maka yang dicari pada donat adalah pinggirnya…. Gak ada yang suka sama bagian tengah donat.

Meluhat salah satu Album Letto yang berbahasa inggris, Bukan sekadar "trend" dan gaya berbahasa Inggris "Ini adalah proses kreativitas yang mengalir jujur," ungkap mereka.
Bahkan dalam musik mereka terselip khasanah etnik yang menghadirkan corak slendro dan pelog dalam permainan instrumen band modern.
Hasilnya adalah sebuah karakter musik yang "asli" beda, namun tetap asyik untuk dinikmati.

Simak saja lagu Sampai Nanti, Sampai Mati. Lagu itu bertutur tentang sikap optimis menghadapi hidup.
Lirik : kalau kau pernah taku mati/sama./ kalau kau pernah patah hati/ aku juga iya/Tetap semangat/dan teguhkna hati di setiap hari/sampai nanti/sampai mati…

Unik khan! Liriknya memang sarat dengan pesan positif, tapi bukan khotbah.
Sebab gaya penyampaiannya tetap dalam tutur puitis.
Tidak saja bicara tentang hidup, tapi juga cinta, patah hati, persahabatan bahkan tentang Tuhan.

Seperti juga lagu Sandaran Hati yang liriknya jika disimak lebih jauh tidak saja berbicara tentang seorang kekasih, tapi juga sahabat bahkan Yang Maha Kuasa.

Demikian juga dengan lagu I’ll Find Away yang percaya selalu ada jalan untuk mengapai angan.

Dan simak juga yang lain seperti U & I, Insensitive, dan No One Talk About Love. Seluruh lirik Letto terkesan gentlement dan dalam banget.

Lirik puitis tersebut, termasuk yang berbahasa Inggris seluruhnya ditangani oleh Noe salah seorang anak dari budayawan Emha Ainun Najib.
Menurut dia, itu mengalir secara spontan dan alami. "Kami ini anak desa, tidak pernah berpikir yang muluk-muluk. Semua mengalir sesuai dengan kata bathin," ucapnya.

Dia mengakui sebagian besar terinspirasi dari pengalaman pribadi.
Untuk aransemen musik dikerjakan mereka bersama-sama.
Tak heran jika masing-masing memberi pengaruh dalam setiap lagu.
Alhasil akan terasa sedikit ramuan dari rock ala Led Zeppelin, J-rock ala Kitaro, punk rock, bahkan psikadelik.

Ramuan unik itu setelah berpadu terasa begitu easy listening.
Artinya, musiknya enak di kuping, nyaman di hati, namun juga bukan asal bunyi.
Alhasil, kuping anda akan terbuai dalam nada-nada penuh rasa yang dalam.
Hal itu didukung oleh karakter vokal Noe yang melankolis namun tidak cengeng.

Bagaimana kita menyikapi Syair-syair indah letto ini, kita ambil nilai positifnya dari buah karya seniman yang juga seorang maupun kelompok sosial biasa.

Semoga bermanfaat.....

Sumber: berbagai sumber

No comments:

Post a Comment