haruskah aku rajut kembali ketiadaan
saat itu bulan belum separuh
baru beberapa jengkah mengitari bumi
saat itu kau jatuh
jatuhkan sapamu yg tak ingin ku mengerti
mengapa selalu tak dapat kuhargai setiap peristiwa
mengapa slalu berkelak
lewat mana angan ini bisa merindu
tlah kusimpan rapi lamunan lamunan itu
namun hanya dalam sakuku
yang tetap kubawa bawa
aku semakin berharap waktu kan menjawab
waktu kan memilah milah
waktu kan menghilangkan
waktu kan menemukan
waktu kan membiasakan
aku..................
Monday, November 17, 2008
Wednesday, October 22, 2008
luka indah
Setelah lama kunanti senja, tiba dan terasa
Memimpikan hadirnya pagi dalam ciuman mentari segera kuraba
hanya akan menjadi bayangan di ujung langkahku
segala arti sempatkah kau beri
aku hanya pulang
meski tak berpesan
itu kau rasa
aku terpaksa menggores luka
biar caci padaku
aku merajut perih
agar kau sakit lupakan aku
hanya itu yang aku bisa
untuk membuatku lupa
Memimpikan hadirnya pagi dalam ciuman mentari segera kuraba
hanya akan menjadi bayangan di ujung langkahku
segala arti sempatkah kau beri
aku hanya pulang
meski tak berpesan
itu kau rasa
aku terpaksa menggores luka
biar caci padaku
aku merajut perih
agar kau sakit lupakan aku
hanya itu yang aku bisa
untuk membuatku lupa
Wednesday, October 15, 2008
pergi melati
bermalam malam mata tak pejam
bersiang siang hati pun bimbang
sudah tak cukup jemari ini menghitungnya
apa yang aku rasa smakin berkelana tak tahu kemana
apa yang membuat aku cinta
apa yang membuatnya
smakin aku ragu pada hasratku
aku pergi melati......
bersiang siang hati pun bimbang
sudah tak cukup jemari ini menghitungnya
apa yang aku rasa smakin berkelana tak tahu kemana
apa yang membuat aku cinta
apa yang membuatnya
smakin aku ragu pada hasratku
aku pergi melati......
Thursday, October 09, 2008
simpang sepuluh kota
bahasa ibu sudah lama tak terirama
dulu seringkali........ sudahlah aku lupa
kurun terus beruntun mengalihkan matahari dan bulan
hingga hujan kemarin
memang tetap basah dan selalu basahi
Ibu... pantaskah aku memanggilmu
Ayah... sanggupkah aku...?
hadiah itu ingin ku kenakan disetiap senyum tipismu
agar aku tak galau dan tak meratap lagi
rahasia itu ingin teduhkan bayangmu dibawah terik
sudah pantaskah aku
setinggi sekali aku berkehendak
aku semakin ragu
apakah dalam mimpi ini kurasakan
sampai kapan tidurku menahun
hadiah itu ingin kusertakan bersama lembut tanganmu
dengan lembutnya selalu lembutkanmu
aku semakin malu
apakah aku hanya ingin bermimpi
dan akan tertidur bertahun tahun
telah sepuluh kota matahari menyinarinya tiada guna
mana yang akan aku singgahi hati
ilalang dipersimpangan
dulu seringkali........ sudahlah aku lupa
kurun terus beruntun mengalihkan matahari dan bulan
hingga hujan kemarin
memang tetap basah dan selalu basahi
Ibu... pantaskah aku memanggilmu
Ayah... sanggupkah aku...?
hadiah itu ingin ku kenakan disetiap senyum tipismu
agar aku tak galau dan tak meratap lagi
rahasia itu ingin teduhkan bayangmu dibawah terik
sudah pantaskah aku
setinggi sekali aku berkehendak
aku semakin ragu
apakah dalam mimpi ini kurasakan
sampai kapan tidurku menahun
hadiah itu ingin kusertakan bersama lembut tanganmu
dengan lembutnya selalu lembutkanmu
aku semakin malu
apakah aku hanya ingin bermimpi
dan akan tertidur bertahun tahun
telah sepuluh kota matahari menyinarinya tiada guna
mana yang akan aku singgahi hati
ilalang dipersimpangan
Tuesday, October 07, 2008
Jika telah sampai pada batasnya
kau ingatkanlah aku waktu itu
kucoba selayaknya menata musim musim itu
sempat terperanjat
tak seperti harapan semestinya
beralih-alih disela selanya
mencoba sampai pada batasnya
Siapakah gerangan dia
si mungil yang dia bawa
kemanakah kucari artinya
Terbuai selalu aku
kenapa ilalang selalu seperti terguyur badai
meski itu hanyalah embun pagi
akan kucari
kau ingatkanlah aku waktu itu
kucoba selayaknya menata musim musim itu
sempat terperanjat
tak seperti harapan semestinya
beralih-alih disela selanya
mencoba sampai pada batasnya
Siapakah gerangan dia
si mungil yang dia bawa
kemanakah kucari artinya
Terbuai selalu aku
kenapa ilalang selalu seperti terguyur badai
meski itu hanyalah embun pagi
akan kucari
Monday, October 06, 2008
kerumun
tak lagi hening
berkecipak dalam tandus kering
berbasah apakah iring-iring itu
peluhkah yang terus mengucurimu
tatkala terik semakin mencekik
tak berputus asa dengan terus melambai
mengepalkan di ujung ujung jemari
agar nampak ulah kita
tak hanya senyum yang kan mengisi perut
terisaklah demikian pinta ibu disalam keberangkatan lalu
untuk berperang bukan melawan matahari
dan tak memanjakan sore bermalam malam
namun mengisinya dengan setiap kejap mata
berkecipak dalam tandus kering
berbasah apakah iring-iring itu
peluhkah yang terus mengucurimu
tatkala terik semakin mencekik
tak berputus asa dengan terus melambai
mengepalkan di ujung ujung jemari
agar nampak ulah kita
tak hanya senyum yang kan mengisi perut
terisaklah demikian pinta ibu disalam keberangkatan lalu
untuk berperang bukan melawan matahari
dan tak memanjakan sore bermalam malam
namun mengisinya dengan setiap kejap mata
Friday, September 26, 2008
tanya
tak kuasa bertanya tanya
dari samudra menuju puncak
ku kais kais setiap pandangku
selalu bertanya
agar tak sesal
tak berbayang galau saat jasad tersinar hidup
dari samudra menuju puncak
ku kais kais setiap pandangku
selalu bertanya
agar tak sesal
tak berbayang galau saat jasad tersinar hidup
Wednesday, September 24, 2008
tepi
sedari tadi kemanakah aku
sudah berserakan angan ini
akankah aku akan kembali
temukan melati yang kini menepi
entah kemanakah...?
harummu masih semerbak
segera dapatkan lagi
tepi tempat melati
google60c6ebd122d43b69.html
sudah berserakan angan ini
akankah aku akan kembali
temukan melati yang kini menepi
entah kemanakah...?
harummu masih semerbak
segera dapatkan lagi
tepi tempat melati
google60c6ebd122d43b69.html
Subscribe to:
Posts (Atom)