Tuesday, August 31, 2010

luruh

menara yang mulai terjulang
mengapa kau tumbang?
malam-malam kemarin gemintang
mengapa semakin bimbang?

cahya ada karena gulita pun ada
mari bersamaku menyisir kembali pedesaan itu
sembari mengingat masa kecil kita selubung waktu



samar-samar dendang..
lelantun lugu di sela bayu
sepertinya mulai asing terdengar
semakin bingar syair-syair tuk di mengerti

o.... sang Guru pernah meneriakkan kepada kita
tak ingatkah? mungkin anggap lagu terlena lalu

Pintu tak akan terbuka..
hanya saja
jemari mengetuknya
mengucap salam salam berbunga

usah letih
tak berharap pejamkan mata
nikmati saja anggur yang tersedia

usah malu
dan segera beranjak
.. ribuan pintu menunggu kita

bergegaslah

semakin kunanti disini..
sesejuk pagi
sembari perlahan mengeja namamu bibir tergetar
meraba lafal yang harus ku ucap untuk memanggilmu
terbata beribu bahasa masa

o.... baru saja kau lewat se-lintas lugas
selalu menawarkan wewangian kebun hati yang kau tanam sendiri
ratusan juta tahun silam

namun sukmaku pilu terjemahkan musim musim
tersesat dalam rautmu
terjerat helai rambutmu
terbunuh senyummu
terkapar di reruntuhan puing puing mu

luruh kin luruh

Pasuruan, 31 Agustus 2010 06.20 WIb

No comments:

Post a Comment