Saturday, September 11, 2010

Filosofi ‘Pincuk’ Daun Pisang

Pincuk terbuat dari lembaran daun pisang, lembaran yang menyiratkan kita selalu memulai dengan lembaran baru. 

Daun pisang, daun yang sangat murah dan dapat diperoleh, seperti niat baik kita yang harus dengan murah dan mudah diproduksi dalam hati kita. 

Lembaran daun pisang itu kemudian dibentuk, ini seperti mengingatkanku bahwa niat baik kita juga harus dengan mudah dibentuk dan disesuaikan dengan situasi. 

Proses ketiga yaitu lembaran yang sudah dibentuk itu ditusuk dan dikunci dengan ‘biting’ atau lidi yang tajam, ini menggambarkan bahwa niat baik kita harus dimantabkan dengan usaha keras, pemikiran yang tajam, seksama, hati-hati dan tegas. 

Kemudian pincuk itu dituangkan bubur sumsum yang panas dengan kuah gulanya yang panas pula. Namun pincuk itu tahan panas, ini mengingatkanku bahwa kita juga harus tahan terhadap segala ganjalan, halangan, dan kesulitan yang kita hadapi. 

Untuk menikmati bubur itu kita memerlukan sendok, untuk itulah kita menyobek daun pincuk itu dan dilipatkan untuk menyendok makanan tersebut, ini mengingatkanku bahwa niat, usaha, masih belum cukup untuk mewujudkan semuanya, butuh pengorbanan dari diri kita untuk mewujudkannya. 

Posisi telapak tangan dalam memegang pincuk, telapak tangan kita harus melindungi pincuk agar tidak tumpah, seperti sikap kita dalam menghadapi permasalahan dengan nrimo

Bentuk pincuk yang terbuka pada satu sisinya dan tertutup pada sisi lainnya mengingatkan kita untuk selalu terbuka untuk segala ilmu dan ditutup untuk segala pengaruh buruk. 

Pincuk juga langsung dibuang oleh pemakannya ketika sudah selesai, dan ini memberikan pelajaran bagi kita siapkah aku untuk dilupakan ketika semuanya telah selesai. 

Tulisan yang sangat inspiratif dari Blog  Mas Richard Reynaldo, kesederhanaan Pincuk  telah memberikan pelajaran kehidupan bagi beliau. "Siapkah aku menjadi pincuk-pincuk itu bagi orang lain. Termasuk untuk pasanganku sendiri? Ah…semoga aku mau dan mampu untuk menjadi ‘pincuk” bagi pasangan dan sesamaku. Matur nuwun untuk simbah bakul jenanga"
 
Sumber: http://reynaldorichard.wordpress.com/2009/11/04/filosofi-pincuk-daun-pisang/
Posted: November 4, 2009 by Richard Reynaldo 

4 comments:

  1. gak nyangka... daon pisang aja trnyata maknanya sedalam itu.... :D

    ReplyDelete
  2. iya Ulan... dalem banget nech
    mksih dah mampir y

    ReplyDelete
  3. wah terima kasih mas ilalang, tulisan saya sudah di share di blog mas ilalang...semoga blog ini juga bermanfaat bagi semua...minta ijin megutip filosofi batik untuk bahan refleksi saya selanjutnya mas....salam

    RR

    ReplyDelete