Monday, December 12, 2011

JANGAN PENJARAKAN JIWAMU!

Penjara yang hakiki bukanlah jeruji besi yang membatasi gerak langkah. Penjara yang hakiki adalah kungkungan nafsu yang membuat nurani menjadi membeku. Betapa banyak orang yang gerak langkahnya tidak terbatas oleh ruang yang sempit tetapi batinnya terpenjara oleh nafsu yang telah ia jadikan sebagai tuhan. 
Ruang yang sempit  dapat membatasi gerak langkah, tapi tak bisa mengurung jiwa dan pemikiran. (Gani Yordani--editor)

Ketika nafsu amarah (nafsu yang mengajak pada keburukan) selalu memenangkan pertempuran dalam melawan nafsu muthmainnah (nafsu yangmengajak pada kebaikan); ketika akal tak lagi dimanfaatkan untuk mengontrol nafsu; ketika nafsu lawwamah (nafsu yang mengingatkan) telah semakin lemah tak berdaya; ketika fisik yang sempurna digunakan untuk mengelabui sesama, ketika itulah sifat hanif (sifat dasar manusia yang cenderung pada kebaikan) telah dipasung oleh nafsu amarah yang telah menjadi raja di dalam diri. Itulah Terali Jiwa yang kelak akan menjerumuskan manusia pada kesesatan. Bila hal ini terjadi, ruang gerak  yang luas hanya akan menambah banyak keburukan dalam hidup. Sangat mungkin dari luar seseorang terlihat sangat bahagia dengan gelimang harta, namun sebenarnya sang jiwa tidak tumbuh dengan subur dan baik. Kebebasannya untuk melakukan apapun dengan tanpa batas pada hakikatnya merupakan terali bagi jiwanya, sehingga sang jiwa menjadi kerdil, terkungkung nafsu yang telah memenjarakannya. Na’udzubillaahimin dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari keadaan jiwa yang demikian.

Jeruji besi memang dapat membatasi gerak langkah, namun ia tak dapat memasung jiwa yang merindukan kebenaran dan kebahagiaan hakiki. Mereka yang selalu berupaya untuk menghiasi jiwanya dengan kebaikan, itulah golongan orang-orang yang beruntung. Allah telahmenunjukkan jalan kefasikan dan ketakwaan kepada sang jiwa. Tak ada batasan ruang bagi jiwa untuk menempuh kedua jalan tersebut. Semuanya diserahkan pada kita, apakah akan menempuh jalan kefasikan atau ketakwaan. 
Kemarin aku bersalah, hari ini aku belajar, esok hari aku turut membangun. Bahagia dunia dan akhirat akan kugapai. (K.H. Iyep N. Tho’at -- Cimahi)

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S.Asy-Syams 91: 8-10) 

Marilah kita berupaya melepaskan jiwa dari terali yang memenjarakannyaberupa nafsu amarah yang menimbulkan keburukan dan kerusakan. Mari kita sucikan jiwa dengan terus memperbaiki diri ke arah yang lebih baik, sehingga kelak kita dapat menghadap-Nya dengan berbekal jiwa yang tenang serta dinaungi oleh rahmat dan cinta-Nya. Kembali ke haribaan-Nya bersama golongan orang-orang yang beroleh ampunan-Nya, memasuki pintu-pintu surga yang dipenuhi kenikmatan dan kebahagiaan.
“Seandainya seseorang mempunyai satu lembah emas, niscaya ia ingin mempunyai lembah yang kedua, dan ia tidak akan pernah merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya. Dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Kita bisa cemas karena apa yang orang pikirkan tentang kita daripada yang Allah pikirkan tentang kita. Padahal Allah ber rman, “Jika kamu malu terhadap-Ku, Aku akan malu terhadapmu.” (H. Harry Suherman - Psikolog) .

Sumber:
dikutip dari buku Terali Jiwa Bagian IX
tulisan :
H. Ahmad Heryawan, Lc
dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M.
http://www.scribd.com/doc/35945127/9/BAGIAN-IX-JANGAN-PENJARAKAN-JIWAMU

image by dark7angel.deviantart.com

No comments:

Post a Comment