Monday, September 10, 2012

Puisi Puisi Slamet Rahardjo Rais


ROMANTISME SUARA
sayup suara dzikir diterbangkan
aku mengenal abjad matahari, "Sejak lama
aku ingin menjelma menjadi sungai
mengawan dan meneteskan hujan!"

suara kebajikan menolak keputusasaan
sedemikian bertingkah di jalan berliku
saatnya bagimu dalam suratkepercayaan iman
meneteskan rasa ihlas tak memilukan

soal pertautan mataair dan hujan
sawahladang dan pintujendela
tak mungkin tanpa bacaan
sampai menarakubah memasuki cakrawala

                         * bogor, 2006/2007

SELALU AKU YANG DISURUHNYA
aku sendiri yang berangkat
mengaruskan ihlas memijar
rasanya tubuhku juga penuh sejumlah hiasan
bersolek atas sederetan kebanggaan
hitungan kehendak
sebuah pertaruhan memang sangat melelahkan
kaki bagaimana pun
diberangkatkan ada yang menunggu

bahwa kebebasan terkadang
kumpulan kecemasan
seperti isyarat rembulan yang memucat
tak mengapa kehendak
digelantungkan di kakinya
bersamaku dalam barisbaris saling berkejaran
biasanya tak seorang pun
yang merasa bersalah atau berdosa
sebab memang tak sampai selesai
membaca makna dirinya

tetapi dalam kegelisahan
memuncak ada semacam
tuduhan seakan hanya
aku saja yang disuruhnya
agar bersedia menggumpalkan diri sendiri
sebenarnya percakapan bisa mengalir ramah,
"Milik kita
atau bukan sebainya
membersihkan bacaan pikiran!"

                           * jkt, 2006/2007

SIAPA LAGI YANG MESTI TERTANGKAP
lihatlah dengan saksama
setiap jaring waktu
catatan sungai sungai
dan nyanyian ladang ladang
sekarang tertangkap
menjadi milikmu berjuta kata
namun tak mungkin
kalimat yang singgah
tanpa sebuah rumah
begitu saja ditendang
berceceran sampah
memenuhi sembarang tempat

ingin menemukan kelopakbunga
bermekaran
rasanya bukan di atas ranjang
ruang dengkurmu
menjelaskan lalulalang
sebenarnya ruh kejadian

serpihan jejak
yang engkau tinggalkan
mungkin menjadi milik orang lain
sesuatu yang ditaklukkan sempurna
seluruhnya adalah kesadaran mengembara
dan biasakan belajar menghafal
abjad dan isyarat
atas luas petanama
dari mereka yang tertangkap
            * bogor-jakarta, 2005/2006

SEBUAH JASIRAH
selalu ketika aku menyeberangkan tidurmalam
luruh bersama bungabunga yang terbentuk
garis keindahan warnasayap kupukupu
kumpulan yang berterbangan dalam sebuah percintaan
mengarungi sekian jauh jalanraya di udara
dan hinggap di atas oranye flamboyant lekat dahan
akhirnya sampai kepada sebuah jasirah yang amat setia
menyimpan doataubatku yang terbungkus rapih, "Ampunan-MU meminta luas menyebar di semua pancaindera. Rindangkan di atasnya
tamankota seluas semakbelukar yang dihinakan.
                                                jkt, 2006

MENANGKAP BENTUK MAINAN
daundaun bersama reranting nampak asyik menari
di atas mainan gending ladangladang terbuka
waktu saat itu membingkai lembaran kertasraksasa
ditulisi notasi nyanyianmusim yang selalu mengembara
semacam untaian bunga berjalan di atas kasihsayang
lalu membaringkan anakanak di dadanya
menikmati tarian angin melalui luas angkasa
siapa pun boleh memintanya sebagai jendelahiasan
bertebarkan lembutsuara "Subhanallah, Subhanallah!"



LINTASAN MENGOMBAK
menggali tubuhruang ketika lintasan mengombak
matatelingamu tak lagi mengenali suaramu sendiri
sehingga bisa juga terjadi tubuhorang yang tergali
tandatanda jalanan sudah menggiringmu tersesat
kamar pun tak mampu mengendapkan lukaluka
mungkin debu yang berterbangan menyatukan tubuhmu mendebu seluruhnya sebagai yang terpelanting
tiba-tiba yang bersapa di seberang jalan
suara seseorang dari balik halte,

"Suara siapa lagi sedang mengerang?"

                          jkt, stasiun ka senen : 2007/2008

Sumber
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=199329
image by_TheWhiteNight@deviantart.com