Monday, September 10, 2012

Syair Kehidupan


ku bodoh atas kebenaran. Namun, aku lebih rendah dari kebodohanku dan disanalah kebohongan dari penghormatanku dan kebaikanku.

Disana ada ruang antara imajinasi manusia dan karya mereka, yang sekedar biasa dilewati dengan waktu mereka yang panjang.

Keterasinganku telah ada sejak manusia memuji kebodohan kata – kataku dan mengutuk kejujuran diamku. Saat kehidupan tak menemukan seseorang penyanyi untuk menyanyikan lagu hatinya, ia menciptakan seorang filsuf untuk mengatakan pikiran – pikirannya.

Alangkah hormatnya hati yang terluka yang bisa menyanyikan lagu kebahagiaan dengan hati gembira.

Andai saja aku harus memilih antara kekuatan liris yang tertulis, aku mesti memilih kenikmatan itu. Itulah syair terbaik. Namun, engkau dan orang – orang sekitarku yakin bahwa aku senantiasa memilih yang terburuk. Syair bukanlah sebuah pendapat yang diungkapkan. Ia ialah tembang yang muncul dari luka yang berdarah atau dari bibir tersenyum.

Kata – kata ialah abadi,engkau harus menggunakannya atau menulisnya dengan pengetahuan keabadian tersebut.

Syair ialah rangkaian kebahagiaan, duka, cita, dan kebahagiaan dengan sedikit kamus. Akankah, serang pujangga mencari ratu pujaan hatinya.

Syair adalah kebijakan yang memesonakan. Kebijakan adalah syair yang bernyanyi dalam pikiran

Kahlil Gibran