Thursday, June 07, 2012

Menangis (andai aku dimakamkan hari ini)


Mengutip penggalan bait dari lagu Audy yang berjudul Menangis Semalam. Lagu tentang cinta, tentang linangan air mata untuk kekasih hati, cerita cinta terhadap lawan jenis tentunya.
Tahukah kamu... Semalam tadi aku menangis... Mengingatmu mengenangmu
Audy menyanyikannya dengan penuh penghayatan, sehingga mendengarnya kita merasa iba akan ratapan, kesedihan seorang wanita saat mengingat dan mengenang kekasih hatinya.
Tahukah kamu... Semalam tadi aku menangis... Mengingat-Mu mengenang-Mu
Selintas tidak ada yang berubah dari bait lagu tersebut, hanya akhiran mu menjadi MU,
ya dengan merubah akhiran dari huruf kecil ke huruf besar maka kandungan artinya pun cakupannya lebih khusus tertuju teringat dan terkenang atas kebesaran Rabb pencipta alam semesta.

Betapa aku telah asyik masyuk, terlena gemerlapnya dunia hingga lupa akan kecintaanku pada NYA, bahkan tidak jarang melupakan apa yang telah diperintah dan menjadi larangan-larangan NYA.

Maka semalam aku menangis, mengingat NYA… Mengenang NYA… Merenung…

Andai aku dimakamkan hari ini.
Aku mati… 
perlahan… 
tubuhku ditutup tanah.

Perlahan, semua pergi meninggalkanku. 
Masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka, 
aku sendirian, 
di tempat gelap yang tak pernah terbayang, 
Sendiri, 
menunggu pertanyaan malaikat..

belahan hati, 
belahan jiwa pun pergi. 
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.

Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka. 
Sanak keluarga menangis, 
sangat pedih, 
aku pun demikian, 
tak kalah sedih dan aku juga, 
tetapi aku tetap sendiri, disini, menunggu perhitungan.

Menyesal sudah tak mungkin. 
Tobat tak lagi dianggap & maaf pun tak bakal didengar, 
aku benar-benar harus sendiri..

Yaa ALLAH jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan, 
jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMU untuk aku perbaiki diriku, 
aku ingin memohon maaf pada mereka, 
yang selama ini telah merasakan zalimku, 
yang selama ini sengsara karena aku, 
tersakiti karena aku, 
aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan, 
yang bahkan kumakan..

Yaa ALLAH Beri lagi aku beberapa hari milik-Mu, 
Untuk berbakti kepada ayah & ibu tercinta.
Teringat kata-kata kasar dan keras yang menyakitkan hati mereka, 
Maafkan aku ayah & ibu, 
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu, 
Beri juga yaa ALLAH aku waktu untuk berkumpul dgn keluargaku, 
menyenangkan saudara-saudara ku..
Untuk sungguh-sungguh beramal soleh. 
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu lebih lama lagi..

Begitu menyesal diri ini. 
Kesenangan yang pernah kuraih dulu, 
tak ada artinya sama sekali 
Mengapa kusia-siakan saja waktu hidup yg hanya sekali itu?? 
Andai aku bisa putar ulang waktu itu. 
Aku dimakamkan hari ini 
dan semua menjadi tak termaafkan 
dan semua menjadi terlambat 
dan aku harus sendiri

Untuk waktu yg tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan dipadang masyar… 
Ya RABB sampaikan salamku untuk sahabatku yang selalu mengingatkan ku akan hari terakhirku didunia…. 
Sesungguhnya sahabat yg terbaik yaitu sahabat yg mengingatkan aku akan hari disaat aku dipanggil..

------------------
oleh: Triana Septiarini 
http://agama.kompasiana.com/2010/10/14/menangis-saat-malaikat-penjabut-nyawa-hampir-menjemputku/