Sunday, April 01, 2012

Sajak Ladang Jagung (Buku Kedua) ~ Taufik Ismail


Gerimis Putih

Malam Oktober yang panjang, dan turun pelahan Merisik dedahanan telanjang serta deru tertahan Dada bumilah yang putih dan terlembut

Di pucuk-pucuk ranting keristal sama berpagut

Malam Oktober yang pucat, pergi pelahan Pagi basah mengambang biru pipi danau Bumi yang telentang malas, pesolek berpupur salju

Lidah logam berdentangan jauh lonceng gereja

Dan lengkung langit mengucurkan gerimis putih Perbukitan tepekur, di lerengnya deretan pohon pina Tiupan angin tak lagi tajam tapi lembut menyura Seperti Emilie tak akan pergi. Seperti dada tak akan pedih Lengkung langit yang mengucurkan gerimis putih.

977 East Circle Drive, 1956 
______________________


Di Teluk Ikan Putih

Di Teluk Ikan Putih, telah terjangkar jasmaniku di pelabuhannya Pada kapal-kapal yang masuk dan tertambat sehari-hari Anak-anak camar bertebar atas arus melancar Dan perbukitan dandan perlente pina-pina berduri

Di Teluk Ikan Putih menutup siang musim semi panjang Pada langitnya keruh asap, bayang bangunan dan baja Di perut kota bangkitlah malam sambil melenggang Dan dermaganya hening lelap, berlelehan keristal kaca

Selamat jalan, malam-malam putih berhujan kapas Lewati perairan hening dengan pipinya dingin Masih ada yang berlinangan di sela gugusan karang Ngenangkan musim mengandung belati dalam angin Jabatlah teluk kami, persinggahan di tahun datang.

Whitefish Bay, 1957 
______________________

Bunga Alang - Alang

Bunga alang-alang Di tebing kemarau Menggelombang

Mengantar Bisik cemara Dalam getar

Di jalan setapak Engkau berjalan Sendiri

Ketika pepohon damar Menjajari Bintang pagi

Sesudah topan Membarut Warna jingga Dan seribu kalong Bergayut Di puncak randu

Di bawah bungur Kau pungut Bunga rindu

Sementara awan Menyapu-nyapu Flamboyan

Kemarau pun Berangkat Dengan kaki tergesa

Dalam angin Yang menerbangkan Serbuk bunga.

Sempur, 1963
______________________

Kabut Dalam Hujan Januari

Saat angin dan kabut Januari Berkejaran di atas atap-atap kota Serasa murid-muridku untukku bernyanyi
‘Hari Ini Nestapa Menyapa’

Adakah dingin dalam bunyi senja Yang bernapas pelan dalam gugur daunan Sampai padamu dalam warna-warna serupa Dan menyurakan angin yang gemetaran

Di sini aku duduk, jendela kabut berjalin dingin Bunga di luar musimnya ungu mengangguk-angguk Kujamah hati kamar ini dan merasa sangat ingin Berkata, di sini kau mestinya merenda duduk

Dan deru di langit yang tak lagi biru Berdenyar-denyar dalam gugusan badai Adakah itu yang kau beri nama rindu Berpijar-pijar namun tak sempat sampai

Adalah jalanan yang masuk dalam malam Bertebaran serta basah daun berjuta Napas kabut antara desah pohonan Menyapaku lengang lewat jendela.

Bubulak, 1964 
______________________

Kafetaria Sabtu Pagi
Menu kafetaria Sabtu pagi:

Sepi.

Aku duduk dan minta segelas air es Dalam hatiku namamu, dan kau tak ada Orang-orang berbincang dan ketawa Sebuah dunia oleng dalam kafe ini Matahari jauh, suara-suara kendara riuh Sebuah dunia oleng dalam sepi Aku pun berdiri, menghadap pergi Ada tiada, seperti terpandang jua Ketika di luar memancar

Matahari pagi

Bulan Mei

Selemba, 1966 
______________________

Adakah Suara Cemara
Ati

Adakah suara cemara Mendesing menderu padamu Adakah melintas sepintas Gemersik daunan lepas

Deretan bukit-bukit biru Menyeru lagu itu Gugusan mega Ialah hiasan kencana

Adakah suara cemara Mendesing menderu padamu Adakah lautan ladang jagung Mengombakkan suara itu.

1972 
______________________

Malam Sebelum Badai

Serangga tidak berbunyi pada musim air membeku dahan-dahan telanjang hitam permukaan sungai pecah tajam itik-itik sore hari berenang di antara gugus-gugus putih suaranya riang namun aneh berkabutlah pohon-pohon taman pohon-pohon hutan apabila kapas terperinci bagai debu putih berlayangan dari atas yang tak jelas batas angin memutar ladang-ladang jagung pada ujung-ujung atap tetes air mendapat nyawa kristal bergelantungan malam meniupkan sunyi berat menekan batang-batang cemara membagi warna warna putih pada semua permukaan yang ada cahaya bangun pudar dalam segi-segi empat di atas bukit kecil menyusun pesan bisu di manakah tupai-tupai itu serangga-serangga itu burung-burung flamingo bersayap merah muda angsa-angsa berenang rata di rawa-rawa dengarlah badai mulai membisik dari jauh mengirimkan sejuta jarum-jarum dingin lewat udara padang-padang utara rata lewat menara-menara kantor cuaca sedikit merah gemerlap saat ini mesin-mesin tak berbunyi kota-kotak piringan tidak menyanyi kelepak sayap unggas-unggas utara sudah lama silam cakrawala terbenam bumi membunyikan sunyi pepohonan menggumam sunyi dengar badai mulai bersiul dari jauh memutar padang-padang jagung rata apakah bunyi badai adakah badai berbunyi sepanjang ladang-ladang gandum yang jerami sungai putih membayang langit hilang udara mengental uap kristal cuaca lenyap cahaya dengarlah badai jauh membisik mengirimkan sejuta jarum-jarum alit dan dingin lewat padang-padang dan ladang-ladang membentang.

1972 
______________________

Pantun Terang Bulan Di Midwest

Sebuah bulan sempurna Bersinar agak merah Lingkarannya di sana Awan menggaris bawah

Sungai Mississippi Lebar dan keruh Bunyi-bunyi sepi Amat gemuruh

Ladang-ladang jagung Rawa-rawa dukana Serangga mendengung Sampaikah suara

Cuaca musim gugur Bukit membisu Asap yang hancur Biru abu-abu

Danau yang di sana Seribu burung belibis Lereng pohon pina Angin pun gerimis

1971 
______________________

Lagu Unggas Lagu Ikan

Katak rawa-rawa Menyanyi sendiri
Pii
Wii

Serangga pepohonan Daun bermerahan
Angsa menggelepar Dan berbunyi
Pii
Wii

Ikan danau jauh Jerami yang luruh
Langit mengental Paya-paya kristal
Unggas sembunyi Hutan pun mati Bunyi yang sunyi
Pii
Wii

1971 
______________________

Bulan

Bulan pun merah Dan tersangkut Pada rimba musim gugur

Sungai pun lelah Dan mengangkut Daun-daun bertabur

Padang-padang jagung Serangga mendesing Baling-baling Berpusing

Lembu mengibas-ngibaskan Ekornya Jerami Terpelanting

Bulan merah Tersangkut Ke bawah rimba Musim gugur

1972 
______________________

Doa Si Kecil

Tuhan Yang Pemurah

Beri mama kasur tebal di surga Tuhan Yang Kaya Belikan ayah pipa yang indah

Amin. 1963 
______________________

Sumber: http://taufiqismail.com/